Oposisi Libya dalam pertempuran (Foto: AFP)
ANKARA - Turki bekukan aset Libya yang berada di bank di negara tersebut. Keputusan ini diambil Turki setelah sebelumnya mengakui pihak oposisi sebagai perwakilan legal dari Libya.
Pihak regulator bank Turki mengatakan membekukan dana milik Libyan Foreign Bank yang berada di Turki. Dana tersebut ada dalam bentuk saham sebesar 62 persen di Arap Turk Bankasi A.S. Langkah yang diambil Turki ini sejalan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengharuskan pembekuan seluruh aset Libya.
Sejak awal konflik di Libya pecah, Uni Eropa sebelumnya telah membekukan aset dari perusahaan milik Libya, termasuk pula investasi yang mereka miliki. Pembekuan ini juga dilakukan kepada aset milik keluarga pemimpin Libya Muammar Khadafi beserta kroninya.
Keputusan Turki menjadi sebuah indikasi kuat bahwa pihaknya memutuskan hubungan dengan Libya. Sebelumnya, Duta Besar Turki yang berada di Tripoli sudah ditarik oleh Pemerintah Turki. Demikian diberitakan Associated Press, Senin (4/7/2011).
Negeri Kaisar Ottoman tersebut juga berulangkali meminta Muammar Khadafi untuk turun dari kekuasaannya. Bulan lalu Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan mengatakan, pihaknya telah menawarkan Khadafi suaka kepadanya. Namun tawaran tersebut tidak mendapatkan respons apapun dari Khadafi.
Minggu 3 Juli kemarin Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu mengunjungi basis pertahanan pihak oposisi Libya di kota Benghazi. Davutoglu menyampaikan dukungan dan pengakuan pemerintahnya kepada Dewan Transisi Nasional (NTC) yang dipimpin oleh pihak oposisi.
Langkah Turki mengakui NTC mengikuti aksi serupa sebelumnya yang diambil oleh Prancis, Qatar dan Italia. Mereka secara resmi mengakui NTC sebagai perwakilan Libya di luar negeri.
Selama ini banyak perusahaan Turki yang terlibat dalam proyek konstruksi di Libya. Namun dengan ada perang saudara yang terjadi, otomatis banyak proyek tersebut terbengkalai. Turki sebagai anggota North Atlantic Treaty Organization (NATO) turut serta dalam pasukan koalisi yang melakukan operasi serangan udara ke Libya.
(Fajar Nugraha)