Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mengenal Lebih Dekat Penyakit Mematikan Difteri

Kemas Irawan Nurrachman , Jurnalis-Rabu, 12 Oktober 2011 |14:39 WIB
Mengenal Lebih Dekat Penyakit Mematikan Difteri
Dirjen P2PL Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama
A
A
A

JAKARTA - Penyakit Difteri telah menyebar cepat di wilayah Jawa Timur. Setidaknya hingga Selasa 11 Oktober malam, tercatat 329 orang yang terjangkit penyakit ini. Sebenarnya apa penyakit ini?

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, menyebutkan penyakit difteri disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphteriae.

“Penyakit ini ditularkan dengan cara menghirup dahak yang dikeluarkan melalui mulut atau hidung berupa ludah penderita. Dahak atau ingus saat batuk, bersin, meludah, atau dari tangan ibu yang membersihkan hidung atau mulut anaknya. Memegang anak lain dapat juga tertular atau juga dari handuk yang terkontaminasi. Serta susu yang terkontaminasi penderita,” kata Tjandra kepada okezone, Rabu (12/10/2011).

Dia menjelaskan, penyakit ini merupakan penyakit yang sangat cepat menular dan sangat mengerikan karena dapat menyebabkan kematian dengan cepat.

“Bahkan pada anak yang sembuh, sering terjadi kerusakan pada sistem syaraf, jantung, dan ginjal  yang permanen,” tandasnya.

Pencegahan yang efektif adalah dengan pemberian imunisasi difteri. Pada program pemerintah terdapat tiga jenis vaksin yang mengandung difteri.

“Pertama, DPT-HB (Difteri, Pertusis, Tetanus dan Hepatitis B) yang diberikan pada bayi usia 0-11 bulan. Kedua, DT (Difteri dan Tetanus) yang diberikan pada anak kelas 1 SD/MI atau setingkatnya. Ketiga, Td (Tetanus dan Difteri dengan kandungan 1/5 bagian dari DT atau DPT-HB) untuk anak usia kelas 2 dan 3 SD/MI atau sekolah setingkatnya,” paparnya.

“Bayi yang telah mendapatkan imunisasi lengkap (3 kali pemberian dengan selang 1 bulan) akan terlindungi dengan baik, sebab efikasi atau kemampuan anak untuk membentuk sistem imunitas rata-rata vaksin difteri adalah 90 persen. Sehingga dapat dipastikan bahwa dengan pemberian imunisasi sebanyak tiga lebih dari 95 persen anak akan terlindungi. Dengan pemberian imunisasi lanjutan pada anak kelas 1, 2, dan 3 SD/MI dan setingkatnya, maka diharapkan anak sampai dengan usia 20 tahun sudah terlindungi dari difteri,” lanjutnya.

Ditanya pertolongan pertama saat pasien dipastikan terkena difteri, Tjandra berujar, “Obat eritromisin hanya diberikan pada mereka yang baru saja kontak dengan orang yang menderita difteri. Fungsinya untuk membunuh penyakit sejak awal dan memutuskan rantai penularan kepada orang lain lagi,” tandasnya.

(Kemas Irawan Nurrachman)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement