Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Waspada, Junk Food Bisa Sebabkan Kematian

Gustia Martha Putri , Jurnalis-Jum'at, 03 Februari 2012 |11:41 WIB
Waspada, <i>Junk Food</i> Bisa Sebabkan Kematian
Makanan cepat saji (Foto: Corbis)
A
A
A

SEORANG gadis 17 tahun bernama Stacey Irvine meninggal dunia setelah divonis dokter mengalami anemia dan gizi buruk. Ironis, kematian Irvine diakui oleh orangtuanya akibat kecanduan makanan cepat saji yang sudah dikonsumsi sejak usia dua tahun.
 
Kematian Irvine ini tentu menjadi pelajaran bagi kita semua sebagai orangtua. Tidak dapat dipungkiri, keterbatasan waktu sering kali membuat orangtua cenderung menggampangkan menu makanan anak. Sehingga kini, anak-anak pun lebih gemar makanan cepat saji ketimbang sayur buatan ibu di rumah.
 
Jangan salahkan mereka jika pada akhirnya lebih memilih ayam goreng cepat saji, chicken nugget atau sosis goreng dibandingkan sayur sop dan tahu goreng buatan Anda. Selain bagi mereka lebih enak, mereka pun telah lebih terbiasa memilih makanan modern tersebut.
 
Contoh kasus yang dapat kita jadikan pelajaran bersama adalah kematian seorang gadis berusia 17 tahun bernama Stacey Irvine dari Inggris. Hobinya mengudap makanan cepat saji berbuntut status gizi buruk pada dirinya dan akhirnya membuatnya tewas.
 
"Dengan tidak adanya buah-buahan segar atau sayuran pada menu sehari-hari, Stacey tidak memiliki nutrisi penting yang dibutuhkan dalam masa tumbuh kembang anak," ungkap tim medis Irvine, sebagaimana dilansir Sheknows, Jumat (3/2/2012).
 
"Sebagian orangtua pun ada yang lebih senang membiarkan anak mereka mengonsumsi makanan-makanan cepat saji karena anak menyukainya, banyak makannya, dan tidak repot," tambah Dr Dewi Yogo Pratomo MHt, seorang hypnotherapist dalam bukunya berjudul “Hynoparenting”.
 
Doktor Dewi pun mengingatkan, bahwa definisi lebih enak dalam iklan makanan ataupun restoran cepat saji adalah lebih manis (lebih banyak gula) dan lebih gurih (lebih banyak monososium glutamat/msg).
 
"Makanan cepat saji tidak hanya mengganggu perkembangan fisik anak, tetapi juga mentalnya," imbuhnya.
 
Dalam kasus Irvine, siapa yang dapat disalahkan dalam kasus Irvine? Sejak usia dua tahun tidaklah mungkin dia dengan sendiri mengenal makanan cepat saji yang miskin nutrisi. Sebaliknya, makanan-makanan cepat saji tersebut justru hanya kaya kandungan bahan-bahan yang tidak berfungsi baik pada pertumbuhan anak, seperti mengandung tinggi sodium, lemak jenuh, dan MSG.
 
Kasus Irvine ini pun akhirnya membuat banyak ibu di Inggris memertimbangkan kebiasaan makan sang anak sebelum status buruk pada kesehatan buah hati. Ibu dari Stacey pun baru melarang Stacey mengonsumsi makanan cepat saji tersebut setelah tim medis Stacey menyerukan hal itu.

(Tuty Ocktaviany)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement