Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Derita Bayi Tanpa Anus Asal Aceh Tenggara

Salman Mardira , Jurnalis-Kamis, 11 Oktober 2012 |04:00 WIB
Derita Bayi Tanpa Anus Asal Aceh Tenggara
Sintia Ayu Lestari (Foto: Salman/Okezone
A
A
A

BANDA ACEH -  Sekilas tak ada masalah dengan fisik Sintia Ayu Lestari. Duduk di atas ranjang perawatan RSU Zainal Abidin, Banda Aceh, sambil memegang sepotong biskuit, bayi berumur 15 bulan ini tampak ceria seperti anak lain seusianya.
 
Namun dibalik kecerianya itu, Sintia ternyata sering menanggung derita terutama saat harus buang air besar (BAB). Pasalnya sejak lahir, bayi asal Pulo Nas, Kecamatan Babussalam, Kabupaten Aceh Tenggara ini tak memiliki anus.
 
"Kalau buang air besar dia sering sekali menangis, apalagi kalau buang air besarnya keras," tutur Suryana (24), ibu bayi tersebut saat ditemui wartawan di ruang Instalasi Gawat Darurat RSU Zainal Abidin, Rabu (10/10/2012).
 
Tidak seperti kakaknya yang lahir normal, anak kedua pasangan Sultan Malik (32) dan Suryana ini lahir dengan kondisi fisik tak sempurna. Awalnya Suryana tak mengetahui kalau putrinya itu tak memiliki anus, apalagi tak ada firasat apapun saat ia mengandung dan melahirkan.
 
"Baru tahu dia tidak punya anus waktu umurnya sudah delapan hari. Saya heran karena saat itu tiap dia kencing selalu mengeluarkan kotoran," ujar Suryana.
 
Ketika sudah genap berusia 12 hari, Sintia dioperasi di RS Adam Malik, Medan Sumatera Utara. Untuk menutupi biaya operasi putrinya, Sultan Malik terpaksa menjual becak motor yang menjadi tumpuannya mencari nafkah.
 
Sintia akhirnya memiliki anus buatan dibagian perut dan lewat itulah ia BAB sampai sekarang. Namun derita Sintia belum berakhir, terutama saat BAB. Ia kerap harus menahan rasa sakit teramat sangat. Bahkan sekitar anusnya itu sering keluar darah. "Kalau BABnya keras, badannya kadang sampai memerah menahan sakit, bahkan sampai jadi demam," kata
Suryana.
 
"Sekarang apa saja yang dia makan, langsung keluar seperti itu. Tidak ada penahannya," tambah Sultan Malik.
 
Hidup serba kekurangan membuat orangtua Sintia tak mampu berbuat banyak. Maklum Sultan Malik hanya seorang penarik becak upahan, begitu pula dengan Suryana yang sering menjadi tukang cuci dengan bayaran tak seberapa. "Katanya kalau operasi butuh biaya sampai Rp30 juta, Jadi saya cuma bisa pasrah saja," sebutnya.
 
Suryana bukan tanpa usaha, ia sudah meminta bantuan kepada Pemkab Aceh Tenggara tapi hasilnya nihil. "Saya pernah minta ke dinas tapi katanya tidak tersedia dana untuk ini," katanya.
 
Setelah menerima saran dari beberapa orang, pasangan itu membawa putrinya ke RSU milik Pemkab Aceh Tenggara dan dokter di sana kemudian merujuk Sinta ke RSU Zainal Abidin.
Sore tadi, Sintia tiba di rumah sakit milik Pemprov Aceh tersebut.
 
"Saya hanya ingin dia bisa sehat, seperti anak lainnya. Itu aja harapan saya, saya sedih lihat anak saya ini menderita," tutur dia.
 
Sementara Humas RSU Zainal Abidin, Husaini mengatakan, sebelum diambil tindakan operasi, bayi ini akan menjalani pemeriksaan dulu. "Untuk sementara pasien harus ada pemeriksaan penunjang seperti rontgen, pemeriksaan laboratorium," sebutnya.
 
Untuk biaya pengobatan dan operasi nantinya, lanjut Husaini, akan ditanggung sepenuhnya dengan asuransi Jaminan Kesehatan Aceh (JKA).

(Susi Fatimah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement