Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Gara-Gara Benghazi, Obama Nangis

Aulia Akbar , Jurnalis-Selasa, 14 Mei 2013 |07:08 WIB
Gara-Gara Benghazi, Obama <i>Nangis</i>
Foto : Obama menangis saat jumpa pers (Reuters)
A
A
A

WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama tak kuasa menahan tangis ketika ditanya mengenai insiden penyerangan kantor Konsulat AS di Benghazi, Libya. Pada saat itu, Obama sedang mengadakan jumpa pers bersama  Perdana Menteri Inggris David Cameron.

Pembahasan insiden Benghazi memang masih terus berlanjut. Para anggota Kongres AS dari kubu Republik menyalahkan Obama dan menuduh Gedung Putih menyembunyikan fakta mengenai apa yang terjadi di Libya tahun lalu.

Meski demikian, Obama tetap membantah tuduhan itu. Presiden berkulit hitam itu menyebut perilaku para pembuat kebijakan itu tak lebih dari "pertunjukan tambahan." Obama pun menangis ketika ditanya oleh media tentang tuduhan dari politisi Republik itu. Demikian, seperti diberitakan Daily Mail, Selasa (14/5/2013).

Seperti diketahui, serangan di kantor konsulat itu menewaskan Duta Besar AS Chris Stevens dan tiga orang warga AS lainnya. Obama menegaskan kembali, serangan itu merupakan aksi teror.

"Terus terang, serangan ini memiliki motif politik. Banyak pihak yang pada saat itu menantang integritas Hillary Clinton (sebagai Menteri Luar Negeri AS), Susan Rice (Dubes AS untuk PBB), Mike Mullen (CIA) dan Tom Pickering," ujar Obama.

Obama mencoba menjelaskan, kematian dari empat warga AS itu memang tidak terelakkan. Namun di pemerintahannya sudah melakukan tindakan yang benar dan menyelidiki peristiwa itu.

Sejauh ini, beberapa politisi Republik menyebut insiden Benghazi sebagai kasus terburuk yang pernah ada di sejarah Negeri Paman Sam. Mereka pun menyamakan kasus itu dengan kasus Watergate yang membuat mantan Presiden Richard Nixon lengser dari jabatannya.

(Aulia Akbar)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement