WASHINGTON – Kontroversi kasus Benghazi terus bergulir di Amerika Serikat (AS). Kini giliran politisi Demokrat membela Presiden Barack Obama dari serangan kubu Republik.
Mereka menuduh Partai Republik sebenarnya tidak meninginkan kebenaran soal Benghazi. Mereka hanya ingin menjatuhkan reputasi Obama dan mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton.
Clinton memang menjadi kandidat kuat pengganti Obama sebagai Presiden AS pada pemilu mendatang. Hasil survei menunjukkan, belum ada politisi Republik yang bisa menandingi popularitas Clinton.
“Mereka ingin mencemarkan nama Clinton yang berpeluang besar menjadi presiden,” ujar Senator dari Partai Demokrat Dianne Feinstein, seperti dikutip CBS News, Selasa (14/5/2013).
Partai Republik dianggap masih tidak terima dikalahkan untuk kedua kalinya oleh Partai Demokrat dalam pemilu presiden. Mereka pun menggunakan segala cara agar tidak kalah untuk ketiga kalinya.
Kasus Benghazi terjadi di tengah masa pemilu AS tahun lalu. Saat itu sekelompok militan menyerang kantor kedutaan AS di Kota Benghazi, Libya. Peristiwa tersebut menewaskan Duta Besar AS untuk Libya Chris Stevens.
Partai Republik menuduh Obama dan Clinton menutupi keterlibatan Al Qaeda dalam serangan itu. Obama diduga melakukannya untuk menjaga popularitasnya di tengah pemilu.
“Saya yakin mereka sengaja menutupinya karena saat itu sedang berada di tengah masa pemilu,” ujar Senator dari Partai Republik John McCain.