Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Menelusuri Bisnis Esek-Esek di Solo

Bramantyo , Jurnalis-Selasa, 11 Maret 2014 |00:08 WIB
Menelusuri Bisnis Esek-Esek di Solo
Suasana Gang Ruwet saat siang hari (Bramantyo/Okezone)
A
A
A

SOLO - Bisnis prostitusi di Solo, Jawa Tengah ternyata tak kalah banyak seperti di Kota Metropolitan Jakarta atau kota besar lainnya di Indonesia. Ada yang terselubung, ada pula yang terang-terangan. Begitu juga soal tarif, mulai dari yang puluhan ribu, hingga seratusan ribu.

Okezone belum lama ini menelusuri gang kecil yang letaknya sekira 500 meter dari Terminal di Tirtonadi. Sepintas, kawasan itu tampak kumuh, tapi cukup membuat tercengang bila sudah menelusuri dalamnya.

Begitu memasuki gang, terlihat perempuan-perempuan sekira berusia 35-48 tahun, sedang duduk di warung-warung yang berjejer di sana. Ada juga yang duduk di angkringan. Inilah Gang Ruwet, lokalisasi baru setelah area prostitusi Silir Pasar Kliwon ditutup oleh pemerintah. Kebanyakan perempuan yang menjajakan diri di sana, dulunya penghuni prostitusi Silir.

Sejatinya, Gang Ruwet bukanlah lokasi prostitusi, melainkan salah satu pemukiman padat penduduk di Kota Solo. Entah siapa yang memulainya, lokasi tersebut saat ini banyak dihuni bekas penghuni Silir. Meskipun, menurut Sarkiman (bukan nama sebenarnya), sejak Silir masih beroperasi, Gang Ruwet sudah banyak dihuni pekerja seks komersial (PSK).

"Tapi dulu jumlah PSK di sini tidak sebanyak sekarang. Kalau sekarang, dari pendataan yang kemarin dilakukan petugas Dinkes (setempat) saat penyuntikan penyakit menular, ada sekitar 60 PSK," jelas pria yang sering dipanggil papi oleh para penghuni lokalisasi.

Meski sekarang dipenuhi PSK, untuk melakukan transaksi di Gang Ruwet tidak bisa seenaknya di pinggiran jalan. Kebanyakan pria hidung belang menghabiskan waktu lebih dahulu di angkringan atau warung yang ada di kawasan tersebut. Barulah, transaksi bisa dilakukan.

"Untuk sekali bercinta tarifnya hanya Rp40 ribu. Tapi ya itu, SST alias sudah setengah tua," ungkap Darwanto salah satu pengunjung yang mengaku berasal dari Ngemplak, Kabupaten Boyolali, sambil tertawa lepas.

Darwanto mengaku termasuk salah pengunjung tetap. Alasannya cukup masuk akal, karena lokalisasi Gang Ruwet jarang sekali menjadi target razia oleh Satpol atau petugas Kepolisian. "Malu kalau sampai ketangkep. Di sini aman, wong campur dengan penghuni lainnya," akunya.

Seorang penghuni kawasan Gang Ruwet, bernama Sundari, mengaku, tarif Rp40 ribu tersebut jauh lebih rendah dibanding bayaran di lokalisasi lain. Dengan tarif segitu, dirinya harus menanggung biaya kos kamar Rp350 ribu setiap bulan.

"Di kamar itulah tempat memadu kasihnya. Jauh leih murah dibandingkan dengan menyewa hotel," jelasnya sambil malu-malu.

Dari Gang Ruwet, penelusuran Okezone dilanjutkan ke kawasan yang tak jauh dari lembaga publik penyiaran milik pemerintah, atau sekita satu kilometer dari Stasiun Balapan Solo. Area lokalisasi di sana masih terletak di gang.

Berbeda dengan di Gang Ruwet, di gang yang termasuk dekat dengan pusat kota itu, banyak PSK yang terang-terangan menawarkan diri ke pria hidung belang.

Dewi, salah satu PSK di sana, mengaku, memasang tarif Rp150 ribu untuk sekali kencan. Namun, karena saat ini sendang musim penghujan, perempuan bertubuh pendek itupun banting harga menjadi Rp120 ribu. "Tarif tersebut untuk saya Rp100 ribu dan untuk hotelnya Rp20 ribu," katannya.

Wanita penghibur di gang itu turut membawa sepeda motor saat bekerja. Sebagai antisipasi, bila sewaktu-waktu Satpol PP datang merazia, mereka tinggal kabur.

Selain PSK yang terang-terangan menawarkan diri pada siang maupun malam hari, di kawasan itu banyak berdiri bilik-bilik berukuran kecil. Warga Kota Solo biasa menyebutnya pijat payung. Meski sempat diberantas oleh pemerintah setempat, bisnis esek-esek kembali merebak bagaikan jamur di musim hujan.

(Risna Nur Rahayu)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement