Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kata Anak Muda Indonesia tentang Tragedi Palestina

Rachmad Faisal Harahap , Jurnalis-Selasa, 15 Juli 2014 |17:03 WIB
Kata Anak Muda Indonesia tentang Tragedi Palestina
Kekejaman Israel ini mengundang gelombang keprihatinan banyak kelompok di dunia. Suara keprihatinan pun dikumandangkan para mahasiswa se-Tanah Air. (Foto: Reuters)
A
A
A

JAKARTA - Sudah seminggu Israel menggempur Jalur Gaza, Palestina. Sudah 178 warga Palestina meninggal dunia. Tragisnya, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan wanita.

Kekejaman Israel ini mengundang gelombang keprihatinan banyak kelompok di dunia. Demikian juga di Indonesia. Suara keprihatinan pun dikumandangkan para mahasiswa se-Tanah Air.

Pasalnya, menurut mahasiswa Universitas Sahid, Ivan Fadil, tragedi di Gaza bukan soal pertikaian agama, tapi juga sudah menyangkut perihal politik dan kemanusiaan. Sejak puluhan tahun lalu, kedua negara bertikai memperebutkan tanah sebagai wilayah negara mereka.

"Jadi, alasan bahwa Hamas melakukan provokasi hanya dijadikan kedok Israel untuk tega membantai dengan melakukan serangan balik. Ya, masa satu buah 'petasan' langsung dibalas serangan roket bertubi-tubi. Keji dan tidak manusiawi," ujar mahasiswa yang akrab disapa Fadil itu saat dihubungi Okezone, Selasa (15/7/2014).

Sayangnya, selama ini Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) terkesan ogah-ogahan dalam menangani masalah pertikaian ini. Menurut Fadil, harus ada motor pendorong di berbagai forum PBB untuk menyelesaikan konflik Israel dengan Palestina.

"Selama ini PBB terkesan ogah-ogahan toh. Nah, pemerintah Indonesia mestinya bisa menggalang diplomasi di PBB untuk bisa segera melanjutkan forum ini. Kalau enggak, ya selamanya begitu saja," ucap mahasiswa semester akhir itu.

Fadil menilai, Indonesia bisa menjadi motor tersebut. Pasalnya, negara kita ini mulai menjadi sorotan dan diperhitungkan dunia.

"Jadi, Indonesia harusnya punya sedikit posisi tawar yang bisa dimainkan dalam forum PBB," ungkap mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi itu. 

Sementara itu, Okta Mulya mengaku sedih hingga menangis ketika melihat berita tentang Palestina. Sebab, mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti (STP) Trisakti, ini tidak bisa melakukan apa-apa selain berdoa.

"Bayangin, di sana, mereka selalu ngomong, 'Siapa lagi yang syahid?' setiap ada ledakan. Seakan-akan mereka tinggal menunggu waktunya tiba. Apa yang sudah dilakukan zionis Israel benar-benar enggak ada rasa prikemanusiaannya," tutur mahasiswa jurusan Usaha Jasa Pariwisata atau Usaha Perjalanan Wisata (UPW) itu.

Okta menegaskan, semua orang mengutuk serangan zionis Israel ke jalur Gaza. Bahkan dunia internasional menganggap serangan ini tidak berkeprimanusiaan dan sangat melanggar hak asasi manusia (HAM).

"Tidak bisa ditoleransi lagi," ungkapnya.

Bagi Okta, menanggapi isu penyerangan Israel terhadap Palestina tidak boleh sembarangan. Apalagi jika berlebihan dalam membawa-bawa isu SARA.

"Seharusnya enggak usahlah berkoar-koar kalau enggak ngerti permasalahannya, mending talk less do more," ujar mahasiswi semester delapan itu tegas.

(Rifa Nadia Nurfuadah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement