JAKARTA – Lewat media sosial, orang bisa menyampaikan banyak hal. Informasi untuk umum maupun ekspresi pribadi atas suatu kejadian atau peristiwa. Walau terkadang, ungkapan atau ekspresi tersebut justru berbalik menyerang si pengguna.
Pengalaman itu juga dialami oleh mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Ika Novianty. Dia mengaku pernah merasakan pengalaman buruk ketika mengungkapkan kekecewaannya di Facebook.
“Saat itu, ibu saya yang merupakan guru di sebuah sekolah diberikan tugas memasak untuk acara besar di sekolah oleh kepala sekolah. Padahal ibu saya baru terkena stroke,” ujar Ika, ketika berbincang dengan Okezone, Rabu (3/9/2014).
Ika pun merasa kesal dengan keputusan sang kepala sekolah. Kekesalan tersebut semakin menjadi karena tidak bisa bertemu langsung dengan kepala sekolah karena berada jauh dari orangtuanya.
“Saya jauh dari orangtua, tidak berkesempatan bertemu dengan kepala sekolah untuk menjelaskan kondisi ibu saya. Karena kesal, saya tulis di Facebook sekolah itu untuk mempertanyakan keputusan kepala sekolah itu,” paparnya.
Ucapan Ika sepertinya membuat pihak sekolah merasa tersinggung. Dia pun diminta untuk menghapus postingan tersebut. Beruntung, masalah tersebut bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan.
“Mungkin cara bicara saya terdengar kasar. Namun dalam postingan tersebut saya bilang siap dipanggil untuk mempertanggungjawabkan tulisan tersebut. Akhirnya saya diminta pihak sekolah menghapus tulisan tersebut dan memanggil saya untuk menjelaskan,” urai editor di salah satu harian terkemuka di Surabaya itu.
Pengalaman serupa juga dialami Geni Isno Murti. Vice Minister Coordinator of Public Policy Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (KM ITB) 2011 juga mendapat respon keras saat menyindir para perokok di Facebook.
“Waktu itu saya pernah tulis di Facebook, “Hanya monyet yang merokok di sembarang tempat.” Dan banyak yang respons. Bahkan salah satu teman mengajak saya ‘ribut.’ Ternyata orang benar-benar masukkan ke hati. Jadi saya langsung minta maaf dan menghapus status itu,” tutur Geni.
Tidak hanya itu, kejadian yang sama kembali terulang ketika masa Pemilihan Umum (Pemilu) belum lama ini. Salah satu postingan Geni mengenai kedua calon presiden kala itu justru dianggap dukungan terhadap calon tertentu.
“Saya pernah posting tentang Jokowi dan Prabowo di Facebook. Tapi karena teman-teman di Facebook itu garis keras, saya dikira dukung Prabowo. Di dunia nyata, mereka menegur saya tapi tidak ikhlas. Tapi pintar-pintar netralisir saja, jadi bisa kembali normal,” katanya.
(Margaret Puspitarini)