JAKARTA - Umat Muslim di Tanah Air langsung bereaksi keras menentang rencana pemindahan makam Nabi Muhammad SAW. Padahal, Direktur CIIA (The Community Of Ideological Islamic Analyst), Harits Abu Ulya, memandang isu itu sengaja digulirkan di tengah hiruk pikuk kenaikan harga BBM bersubsidi.
Isu tersebut, menurut dia, awalnya digulirkan media massa di London The Independent pada 2011. Bagaimana seharusnya masyarakat memandang isu tersebut? Berikut ini dialog Harits Abu Ulya dengan Okezone, Jumat 5 September 2014 malam.
Bagaimana seharusnya memandang isu ini?
Jangan termakan isu. Ini sangat sensitif karena berhubungan dengan makam Nabi dan dokumen yang diekspose itu seolah sebuah kebenanaran. Ini luar bisa.
Sementara, dalam pandangan khusus untuk makam Nabi, harus dikubur di tempat di mana Nabi wafat dan ini persoalan sensitif. Wajar kemudian, beberapa ormas dan tokoh bereaksi, berusaha dan mencoba untuk mengklarifikasi.
Bagaimana awalnya isu ini bergulir?
Sumber medianya dari The Independent dan Daily Mail. Orang yang mencetus informasi adalah Dr. Irfan Al Alawi.
Siapa Dr Irfan Al Alawi?
Irfan, dia adalah penasihat dari kebudayaan Islam. Dia juga salah satu penasehat dari perkumpulan pluralisme internasional, tapi dia tinggalnya di London, di California University.
Dia juga menjadi seorang penulis di Leiden, Belanda. Jadi, sumber utama dari orang ini. Tentang persoalan latar belakangnya apa, yang jelas dia mengekspose hal yang mendeskriditkan Arab Saudi.
Apa tujuan isu ini digulirkan?
Pertama, isu ini diragukan kebenarannya dan bukan isu baru. Kedua, jangan terjebak isu ini karena bisa jadi isu ini dimunculkan sebagai kontra opini tentang isu sensitif kenaikan BBM.
Ketiga, ada tokoh ormas yang terjebak isu ini karena memang masalahnya yang sangat sensitif bagi kehidupan spiritual agama umat Islam se-dunia.
Keempat, penebar awal isu ini bisa jadi niatnya negatif, mendiskriditkan pemerintah Saudi, atau sebaliknya memberi early warning kepada dunia Islam tentang pentingnya cagar budaya atau warisan Islam yang harus dijaga, terutama warisan Rasulullah Muhammad SAW.
Kelima, jadi harus proporsional menyikapi isu dalam konteks persoalan yg berkembang menyangkut nasib perut ratusan juta rakyat Indonesia karena rencana kenaikan harga BBM.
(Tri Kurniawan)