Jalan tersebut juga digunakan sebagai jalur yang dilewati saat pindahan kraton Mataram dari Kartasura menuju Sala (Solo) yang kemudian bernama Surakarta Hadiningrat.
"Dulunya di tempat itu banyak sekali para penjual burung serta pedagang lainnya. Karena waktu itu Kereta menggunakan trompet dan di lokasi itu bunyi trompet sering terdengar, maka untuk memudahkan dan mengingat, kala itu warga menamakan tempat tersebut sebagai Pasar Slompret," jelas Tunjung saat ditemui Okezone belum lama ini.
Seiring perjalanan waktu, lokasi di mana para pedagang kain berjualan terjadi keresahan yang berujung kepanikan para pedagang. Waktu itu beredar kabar adanya penyakit menular yang sangat berbahaya menyebar di lokasi mereka berjualan.
Karena takut tertular, para pedagang inipun akhirnya meminta kepada pemerintah Jepang untuk dipindahkan ke lokasi lainnya. Karena tak memiliki lokasi lain, para pedagang kain akhirnya dijadikan satu di Pasar Slompretan.
"Jadinya Pasar Slompetan ini komplit sebagai lokasi berjualan. Semua jenis jualan digelar Pasar Slompretan," ujar Tunjung.
Sedangkan nama Klewer itu sendiri muncul dikarenakan kebiasaan para penjual kain yang selalu membawa barang dagangannya di atas bahu. Masyarakat Jawa biasa menyebut dengan istilah "kleweran".
"Dari kebiasaan yang selalu kleweran membawa barang dagangannya, membuat lokasi itu akhirnya dikenal sebagai Pasar Klewer menggantikan nama sebelumnya Pasar Slompretan," sambung Tanjung.