Semakin banyaknya orang yang berjualan kain, membuat para pedagang lainnya akhirnya tergusur dari lokasi yang sudah dikenal dengan nama Pasar Klewer tersebut.
Pasar Klewer sempat berkembang pesat, namun pada masa pendudukan Jepang sekira tahun 1942-1945 aktivitas pasar jadi terhenti bahkan bisa dikatakan mati suri. Sejak pendudukan Jepang, kondisi perekonomian masyarakat semakin sulit.
Seiring perkembangan zaman, lambat laun pusat perdangan ini medio 1947 sampai 1967 berkembang menjadi salah satu pasar sandang terbesar yang berada di area Jawa Tengah.
"Mulai pada 1968 dibangunlah pasar yang rancangan arsitektur disesuaikan dengan Kota Solo. Sebelum akhirnya pada 1971 Presiden Soeharto meresmikan pasar ini sebagai pusat grosir sandang terbesar," paparnya.
Meski telah berubah sebagai pasar moderen, namun ciri khas "Kleweran" menaruh barang dagangannya tetap dipertahankan. Tak hanya unik dalam menaruh barang dagangannya, transaksi langsung meski berdesak-desakan antara pembeli dengan pedagang juga hingga kini tetap dipertahankan.
Tak heran bila di sepanjang koridor sempit dalam pasar antara para pembeli dan penjual melakukan kesepakatan harga, atau tawar menawar. "Di antara lalu-lalang orang transaksi harga dilakukan secara terbuka. Tak jarang saat melakukan tawar menawar, antara pengunjung satu dengan pengunjung lainnya saling bersenggolan," tuturnya. (fid)
(Kemas Irawan Nurrachman)