"Dalam proses tantang-menantang tersebut, saya sempat memberi opsi bertemu yang ditolak karena Sdr Panca menginginkan perkelahian. Dan, soal jalan keluar ini tetap saya tegaskan di Twitter kepada orang-orang yang mempertanyakan perkelahian tersebut," imbuhnya.
Panca, sambung Abimanyu, terus melancarkan serangan di Twitter, bahkan menggunakan foto pribadinya untuk dijadikan bahan olok-olok. Setelah sempat mencari solusi lain, akhirnya Abi berpikir bullying harus ditanggapi serius.
"Saya sempat berpikir untuk melakukan pelaporan atas pencemaran nama baik melalui penggunaan foto saya melalui KUHP dan UU ITE. Namun, itu bertentangan dengan aspirasi saya untuk menghilangkan pasal-pasal kontroversial Undang-Undang ITE. Saya mengasumsikan jika saya laporkan, pihak kepolisian punya kecenderungan langsung menggunakan pasal-pasal Undang-Undang ITE," ujarnya.
Atas peristiwa itu, Abimanyu mengaku tak mempersoalkan dan merasa malu kalau dirinya kalah dalam perkelahian tersebut. Pasalnya, dia memahami kalau dalam pertarungan ada kalah dan menang. Mengenai bukti-bukti yang dirinya serahkan ke Panca sebelum perkelahian hanya untuk antisipasi jika nanti ada persoalan hukum, mengingat sejak awal dirinya telah menawarkan jalan damai.
"Semua bukti-bukti yang saya serahkan kepada Sdr Panca adalah pemberitahuan bahwa saya punya cukup bukti jika muncul persoalan hukum. Saya juga tidak menjebak dengan membawa wartawan, seperti yang disangkakan Sdr Panca. Twitter adalah media sosial yang paling dipantau oleh wartawan online," tuturnya.
(Arief Setyadi )