Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menilai, cara membatalkan eksekusi mati dua orang negeri Kangguru itu dikaitkan dengan bantuan tsunami di Aceh tidak dapat ditoleransi.
"Mereka (Australia) mengkaitkan bantuan mereka terhadap korban tsunami amatlah tidak dapat ditoleransi. Ada banyak prinsip-prinsip yang terlanggar, mengungkit bantuan atas korban bencana adalah sifat tak beradab," tegas Ray saat berbincang dengan Okezone, Senin (23/2/2015).
"Saya tak paham Perdana Menteri dari sebuah negeri yang merasa dirinya sebagai negara beradab dapat menjadikan bantuan-bantuan kemanusiaan mereka untuk meneror satu kebijakan dalam satu negeri berdaulat," sambungnya.
Namun, kata dia, peryataan Tony Abbott memberikan sebuah hikmah yakni agar Indonesia harus benar-benar dapat mandiri dari segala hal.

Ilustrasi Narkoba
"Umpatan, protes, dan kecaman apapun dari kita tak berpengaruh besar jika tidak diimbangi dengan peningkatan kesadaran kita sebagai bangsa untuk memang benar-benar mau berdaulat dan mandiri. Oleh karena itu, adalah keharusan kita sebagai bangsa untuk sebisa mungkin tidak menggantungkan diri dari kebaikan-kebaikan bantuan Australia," tegasnya.
Negara Indonesia, lanjut Ray, harus menutup bantuan dari Australia, khususnya yang terkait langsung bantuan antara pemerintah dengan pemerintah.
"Australian Agency for International Development (AusAID) misalnya, salah satu lembaga donor Australia yang banyak memfasilitasi bantuan Australia di Indonesia, sudah seharusnya dievaluasi kehadirannya. Bantuan AusAID untuk proyek-proyek pemerintahan, demokrasi, pemilu dan lainnya sebaiknya tidak perlu dilanjutkan," tuturnya.
(Arief Setyadi )