JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) mendapat sorotan negatif dari masyarakat setelah mantan Menteri-nya Suryadharma Ali, ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus dugaan korupsi penyelenggaraan ibadah haji tahun 2012-2013.
Menanggapi hal itu, Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin (LHS) mengaku was-was saat menerima jabatan barunya itu, sebab selama ini citra Kemenag di mata masyarakat adalah orang-orang yang paham agama. Kendati demikian, dia menilai hak itu merupakan tantangan.
"Ini tantangan yang paling berat ketika pertama kali saya menjadi menteri. Ketika saya dilantik langsung terbersit ungkapan Gus Dur. Gus Dur itu pernah menyindir sangat tajam pada Kementerian Agama, dulu istilahnya masih Departemen Agama. Kata beliau Departemen Agama itu seperti pasar, tempat orang transaksi, enggak ada bedanya dengan pasar-lah. Semua ada di Departemen Agama, cuma satu yang enggak ada yaitu agama itu sendiri. Itu kan luar biasa," ujar Lukman ekslusif kepada Okezone di ruang kerjanya, baru-baru ini.
Oleh karenanya, sambung Lukman, saat dirinya dilantik pada 9 Juni 2014 sebagai menteri agama, kala itu yang terpikir dibenaknya bagaimana bisa memimpin institusi yang dipersepsikan seperti itu.
"Tapi alhamdulillah karena statement Gus Dur itulah saya gunakan itu sebagai modal utama bagi saya untuk mengajak teman-teman di sini berubah. Tidak ada pilihan lain selain berubah. Ini citra di luar sudah seperti itu, sangat luar biasa. Kalau kita tidak berubah, ya kita tidak akan dianggap orang," tuturnya.
Untuk mengembalikan citra Kemenag yang sempat negatif di masyarakat, Lukman mengajak seluruh pegawai di Kemenag untuk berubah dengan menerapkan lima nilai yaitu integritas, profesionalitas, inovasi, tanggung jawab dan keteladanan.
"Lima nilai ini dari didapat dari hasil focus grup discussion semua eselon sampai cleaning service dan satpam," katanya.
Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu berharap, lima nilai ini bisa diwujudkan dan selalu ditanamkan sebagai acuan mengubah kearah yang lebih baik. "Alhamdulillah mulai ada progresnya," tuturnya.
(Susi Fatimah)