Walau demikian, Sri mengaku tidak kapok untuk melewati titian tersebut demi ilmu dan cita-cita yang harus dia capai. Begitu pula dengan anak-anak lainnya.
Salah seorang siswa, Andi Asdar mengatakan, tiap hari dia bersama puluhan temannya menyeberang dengan meniti jembatan tali baja tersebut. Dia mengaku terpaksa lewat karena jika tidak lewat jembatan tersebut harus rela basah, karena harus menyeberangi sungai.
Namun ketika banjir tiba, mereka tidak berangkat ke sekolah, bahkan selama jembatan gantung tersebut rusak puluhan siswa putus sekolah lantaran takut melewati titian tali baja tersebut.
Seorang guru SD 6/75 Hulo, Marhumah membenarkan, sedikitnya 50 orang siswanya berhenti sekolah lantaran takut dan trauma melewati jembatan tersebut. Marhuma juga tak jarang ketika ujian sekolah tiba kerap memanggil siswanya menginap di rumahnya.
Marhumah berharap, ada perhatian dari pemerintah untuk segera membangun jembatan tersebut supaya angka kehadiran siswa di sekolah tidak menurun. Selain itu, dia khawatir siswanya jatuh ke sungai kendati sejumlah orangtua siswa terlihat rela mengantar dan menunggu anaknya dengan duduk-duduk di sisi jembatan.
(Arief Setyadi )