DAMASKUS – Konflik di Suriah telah memasuki tahun kelima dan mewaskan sedikitnya 220 ribu jiwa. Hingga kini konflik tersebut belum menunjukan tanda-tanda berakhir.
Konflik yang bermula untuk menggulingkan rezim Presiden Bashar Al Assad. Kini telah membuat Suriah terpecah menjadi beberapa kelompok.
“Tidak ada orang memperkirakan kondisi Suriah seperti ini, konflik ini telah menjadi mimpi buruk bagi negeri ini,” ujar Analis Suriah, Marwan Kabalan, seperti dilansir Al Jazeera, Minggu (15/3/2015).
Badan PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) mencata, sedikitnya empat juta penduduk Suriah mengungsi keluar negeri karena tidak adanya jaminan keamanan. Selain itu jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan mencapai 60 persen.
Presiden Al Assad pun enggan untuk meletakan jabatannya, kini ia berupaya untuk tetap mempertahankan kekuasannya khususnya di Ibu Kota Damaskus.
Munculnya kelompok militan ISIS pun semakin membuat konflik di Suriah semakin rumit. ISIS telah menyatakan diri sebagai khalifah dan menolak pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Al Assad.
PBB dan organisasi internasional lainnya pun telah berupaya agar pihak-pihak yang bertikai agar kembali ke meja perundingan. Sayangnya usaha tersebut belum cukup untuk meredakan konflik di Suriah.
(Muhammad Saifullah )