FALLUJAH – Hamza berhasil lolos dari jeratan kelompok militan ISIS. Setelah bebas, dia pun coba menjelaskan caranya melarikan diri dari kelompok radikal tersebut.
Hamza menyadari nyawanya bisa berbahaya jika menceritakan hal ini. Pria asal Fallujah, Irak, tersebut mengatakan bahwa ada seorang anggota ISIS yang juga berusaha kabur. Namun, dia tertangkap dan disekskusi oleh ISIS.
“Permasalahannya adalah tidak ada yang bisa dipercaya, bahkan dengan teman dekat sekalipun,” kata Hamza dalam wawancara dengan The Independent, Selasa (17/3/2015).
Beruntung, Hamza dapat mengatur pelarian ini dengan temannya di luar ISIS berkat bantuan layanan pesan singkat. Dia memanfaatkan keuntungan menggunakan koneksi internet. Setiap anggota ISIS memang boleh bermain internet selama tiga jam.
Keberhasilan Hamza memperoleh telefon genggam ternyata merupakan keuntungan tersendiri baginya. Sebab, tidak semua anggota ISIS bisa mendapat keuntungan seperti dirinya.
“Saya mengatakan kepada komandan bahwa saya membutuhkan telefon genggam untuk berbicara dengan keluarga saya, dan dia setuju. Saya berjanji kepadanya akan membuktikan loyalitas dan keberanian saya,” ujarnya.
Hal ini membuat Hamza dapat mengatur pelarian melalui teman dan membayar orang yang telah membantu mengeluarkannya. Dia melarikan diri pada Januari 2015 ketika bertugas di tepi Fallujah, sehingga dia dapat kabur dengan mudah.
Hamza membutuhkan lima hari untuk mencapai tempat yang aman. Namun, dia tidak dapat menceritakan semua mengenai ISIS karena takut akan reaksi kelompok itu. Hal yang jelas, tidak semua anggota ISIS dapat memasuki sebuah ruangan khusus.
“Contohnya, kami para pejuang ISIS tidak dapat memasuki apa yang mereka sebut ruang operasi ISIS. Di sana banyak komputer dan ahli dari negara asing. Namun, komandan saya bisa menggunakan internet dan mendapatkan password WiFi karena memberikan sejumlah uang kepada teknisi itu,” sambungnya.
(Hendra Mujiraharja)