NAPYIDAW – Presiden Myanmar Thein Sein menjadi saksi gencatan senjata antara pemerintah dengan 16 kelompok pemberontak. Kesepakatan terjadi setelah melalui pembicaraan selama tujuh kali. Ini merupakan kemajuan yang luar biasa mengakhiri konflik satu dekade terakhir.
Namun, negosiator dari kelompok pemberontak bersenjata harus berkonsultasi dengan pemimpin mereka sebelum memberi keputusan terakhir. Sayang, kelompok pemberontak terbaru di wilayah Kokang tidak menghadiri pembicaraan itu.
Belakangan ini kelompok pemberontakan bersenjata memang sering terjadi di Myanmar. Mereka mencari otonomi yang lebih besar sejak merdeka dari Kerajaan Inggris pada 1948, khususnya negara bagian Shan dan Kachin.
Orang nomor satu di Myanmar itu memang berusaha mendamaikan pihak pemerintahan dengan kelompok ini. Sebanyak dua kelompok bersenjata etnik sepakat untuk gencatan senjata.
“Masyarakat butuh kedamaian. Mereka mengharapkan dan menginginkan kedamaian,” kata Thein Sein kepada AFP, Selasa (31/3/2015).
Dia menambahkan, kesepakatan itu akan ditandatangani dalam satu bulan terakhir. “Setelah penandatanganan itu, jalan terbuka untuk dialog politik. Hal ini akan memastikan terjadinya perdamaian dalam sejarah Myanmar,” sambungnya.
(Hendra Mujiraharja)