JAKARTA - Jika tokoh kartun Jepang, Doraemon, selalu bisa memenuhi permintaan Nobita, maka Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertindak sebaliknya terhadap rakyat. Padahal, mantan Gubernur DKI Jakarta itu diharapkan jadi tokoh yang bisa membawa perubahan nyata di tengah masyarakat.
"Doraemon memenuhi apapun kebutuhan atau permintaan Nobita, meski tidak masuk akal sekali pun, sementara Jokowi mengingkari semua janjinya, meskipun janji tersebut masuk akal dan sesuai keinginan rakyat,” begitu analisis Direktur Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi.

Diharapkan bisa jadi pemimpin yang bisa menyelesaikan berbagai persoalan, kata dia, Jokowi malah menambah masalah yang ada. Hal itu terlihat mulai dari tak berlanjutnya proyek Mobil Esemka, deep tunnel untuk penanganan macet, kabinet yang tak ramping hingga menaruh kepala staf dengan para pendukungnya saat pilpres.
Belum lagi, melemahnya nilai tukar rupiah makin mencekik kehidupan masyarakat, "Nilai tukar yang dijanjikan akan turun, nyatanya malah naik, yang katanya prorakyat tapi malah menaikkan tarif listrik, BBM dan gas yang membuat hidup rakyat makin susah. Katanya propemberantasan korupsi, tapi membiarkan KPK dilemahkan. Janji kasih traktor yang tidak terealisasi dan masih banyak lagi, satupun tidak ada realisasinya,” ujar Uchok bernada geram.

Lebih jauh, Uchok menyebutkan bahwa mantan Gubernur DKI Jakarta itu menawarkan Kartu Sakti yang nyatanya tak banyak berefek bagi rakyat. Terlebih, berbagai program itu diadakan lewat penarikan subsidi berbagai sektor krusial, seperti BBM.
"Yang namanya kebijakan itu kan harusnya bijak. Kalau menaikan BBM, listrik, gas itu namanya tidak bijak karena membuat rakyat hidupnya makin susah. Jokowi rasanya tidak tahu kalau dia menaikkan harga BBM, semua harga-harga pun berubah, tidak hanya naik, sementara gaji pegawai tetap sama,” simpulnya.
(Risna Nur Rahayu)