JAKARTA - Insiden terbakarnya pesawat tempur F-16 buatan Amerika Serikat di Landasan Udara Halim Perdanakusuma sangat memprihatinkan. Betapa tidak armada udara yang jadi andalan pertahanan Indonesia tersebut terbakar karena kondisinya yang sudah uzur.
"Kita merasa prihati atas musibah itu dan kita meminta agar pemerintah tidak lagi menggunakan pola hibah alat utama sistem senjata (alutsista) bekas," ungkap pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati kepada Okezone, Jumat (17/4/2015).
Menurut wanita yang akrab disapa Nuning itu, penyebab terbakarnya pesawat dengan nomor registrasi tempur sergap 1643 tersebut bisa karena human error atau technology error.
"Ini warning bagi pemerintah, dalam hal ini matra TNI seluruhnya kalau membeli pesawat jangan beli barang bekas yang mungkin sudah ada potensial gangguan dalam barang tersebut," tegasnya.
Saat membeli alutsista bekas atau hibah, lanjut Nuning, bisa saja ada hal yang tidak terdeteksi dan ternyata membawa masalah. Kemudian, Transfer of Technology (ToT) pembelian alutsista juga harus jelas dan aman bagi negara.
Mantan Anggota Komisi I DPR ini menerangkan, pesawat bekas milik TNI bukan hanya F-16, tetapi ada T-33, Sabre, dan A4 Skyhawk. Kemudian, untuk retrofit (semacam rekondisi atau modifikasi) pesawat tempur hibah itu menelan biaya yang mahal.
"Pesawat bekas juga banyak biayanya. Ya memang sih meski hibah itupun melalui tahap uji tekhnis, tapi tetap saja usia alutsista yang uzur tak dapat dihindarkan dari gangguan tekhnis yang faktual," tuturnya.
Sebenarnya, kata Nuning, di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Komisi I DPR pernah mengusulkan pembelian pesawat tempur F-16 baru. Namun, saat itu pemerintah lebih memilih hibah.
"Iya. dulu Komisi I DPR sudah tawarkan 6 pesawat F-16 baru, tapi KSAU dan Menhan saat itu pilih hibah," pungkasnya.
(Fiddy Anggriawan )