Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Nada Sinis & Tersinggungnya Soedirman terhadap Perjanjian Roem-Roijen

Randy Wirayudha , Jurnalis-Kamis, 07 Mei 2015 |07:07 WIB
Nada Sinis & Tersinggungnya Soedirman terhadap Perjanjian Roem-Roijen
Panglima Besar Jenderal Soedirman (Foto: Randy/Sasmitaloka Pangsar Jenderal Soedirman)
A
A
A

Sebelumnya, Presiden Soekarno pernah menolak ikut diajak gerilya oleh Soedirman, ketika Belanda memulai agresi kedua dengan kode “Operatie Kraai”, 19 Desember 1948 dengan menyerbu landasan udara Maguwo, Yogyakarta. Dalam setengah hari, Ibu Kota pertama Indonesia itu direbut Belanda.

Dalam biografi Soekarno, “Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”, sang presiden menolak ajakan Soekarno dan memilih bertahan, lantas ditahan Belanda, ketimbang ikut gerilya yang ditakutkan, justru tetap ditangkap di pedalaman.

“Dirman, engkau seorang prajurit. Tempatmu di medan perang bersama pasukanmu. Tempatmu bukan pelarianku. Aku harus tinggal di sini dan mungkin bisa berunding untuk kita serta memimpin rakyat kita,” ungkap Soekarno dalam biografinya karya Cindy Adams.

Itu terakhir kali Soedirman bertemu Soekarno pada tahun 1948 dan baru bisa bersua lagi, 10 Juli 1949, pasca-Ibu Kota dikembalikan Belanda pada Republik Indonesia. Soedirman sempat ragu dan enggan memenuhi panggilan Soekarno, sekaligus keluar dari daerah gerilyanya di pedalaman.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement