SURABAYA - Bisnis pacar sewaan tak lepas dari anggapan miring. Masyarakat awam acapkali melabeli bisnis ini selalu identik dengan layanan plus-plus. Namun, bisnis jasa pacar sewaan yang dirintis oleh BUD dan EN memiliki aturan ketat. Sehingga cewek sewaan ini jauh dari transaksi seksual di bawah pengawasan manajeman.
"Aturannya tidak boleh ciuman. Tapi untuk pegang tangan masih boleh. Kami mewanti-wanti agar cewek-cewek tidak melakukan transaksi seksual. Ini adalah murni bisnis jasa yang profesional," kata Bud kepada Okezone.
BUD juga mengaku tidak memperbolehkan penyewa meminta anak buahnya untuk menemani dugem atau yang lain. Inilah yang membedakan pacar sewaan dengan lady escort. "Tidak boleh ciuman dan juga enggak boleh mabuk. Apalagi meminta untuk menemani dugem. Sangat kami larang," ujarnya.
Pun demikian, dengan para mahasiswi yang menjadi pacar sewaan ini juga harus paham psikologis sang klien. Oleh karena itu rata-rata pacar sewaan ini adalah mahasiswi dari fakultas psikologi. Karena, mahasiswi jurusan ini lebih pintas mengendalikan suasana dan membaca karakter orang per orang. Tak hanya menemani, selama berkencan dengan klien, mereka juga memberikan beragam motivasi sehingga lebih supel dalam pergaulan.
Pacar sewaan ini beraksi layaknya pacar sungguhan di muka publik. Mereka akan menggandeng, memberi perhatian dan peduli. Yang pasti, saat di muka umum tidak seperti orang yang baru kenal atau terkesan seperti pacar abal-abal. Mereka biasanya disewa untuk menemani dalam acara-acara tertentu seperti ke pesta pernikahan, ulang tahun, atau acara-acara resmi lainnya.
Kendati hanya menjual jasa, namun pria berambut gondrong ini belum berani secara terang-terangan mempromosikan bisnisnya. Ia khawatir dituduh melakukan tindak pidana perdagangan orang. "Makanya, yang bisa sewa, cuma orang-orang yang dikenal, atau temannya teman. Paling tidak, ada perantara yang dikenal, agar ada yang tanggung jawab. Itu pun harus tanda tangan persyarakatan. Ya khawatir saja," pungkasnya.
(Muhammad Saifullah )