JAKARTA - Tiga perahu karet berjejer di kolong jembatan Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta Selatan. Seorang pria berusia sekira 35 tahun langsung mengajak awak media untuk bersiap menuruni tanah lumpur dan segera naik ke perahu.
"Hari ini kita ajak rekan-rekan media untuk melihat sampah di sepanjang sungai Ciliwung," ujar Kapten Joko berusaha memandu, Rabu (10/6/2015).
Sejak 25 Desember 2014 silam, Kodam Jayakarta menggelar operasi bersih sungai. Waktu itu, Pangdam Jaya, Mayjen TNI Agus Sutomo mengintruksikan jajarannya hingga tingkat bawah untuk turun membersihkan Sungai Ciliwung. Per pekan, terjadwal tiap Selasa dan Minggu korps militer memungut sampah. "Kami sudah lakukan operasi, intruksi Pangdam sejak 25 Desember tahun lalu," imbuhnya.
Namun, hingga bulan keenam, sampah-sampah masih berserakan disepanjang Sungai Ciliwung. Joko mengeluhkan minimnya kepedulian warga yang tetap mengabaikan imbauan untuk tidak membuang sampah disungai. Terbukti, sepanjang perjalanan yang dilewati Okezone hingga Pintu Air Manggarai, timbunan sampah masih berserakan, meski di beberapa tempat terpasang plang larangan.
"Sungai Ciliwung ini kira-kira 80 persen pembersihan, 20 persen kepedulian," keluhnya sembari menjelaskan bahwa sedikit saja kepedulian warga, maka Ciliwung bisa nyaman dan bersih.
Ia memberi contoh, tiap hari, tim Landing Cract Rubber (LCR) melakukan patroli menyusuri sungai sepanjang 37 kilometer. Hasilnya, ia masih sering melihat warga yang tinggal di bantaran sungai membuang sampah tanpa rasa bersalah. "Pernah suatu malam saya patroli, di bantaran Kalibata, bukan hanya warga bantaran, tapi ada orang jauh juga, markir terus buang," sambungnya.
Melihat hal tersebut, Joko mengaku geram. Namun ia tak bisa berbuat sesuatu lantaran intruksi dari atasan meminta prajurit TNI untuk tidak berbuat kasar terhadap warga. "Ya bagaimana lagi, kita tidak punya wewenang penindakan," gerutunya sembari membersihkan lumput yang menempel di badan perahu.
Ironisnya, lanjut Joko, ia sempat mendengar sebuah celoteh masyarakat bahwa tugas membersihkan sungai dibebankan kepada TNI. Sebab itu, jika warga tidak mengoreksi kebiasaannya membuang sampah sembarangan, sampai kapanpun pembersihan limbah di sungai tak akan pernah selesai. "Masyarakat tahunya 'tugas tentara', tapi tiap malam sampai pagi. Kalau seperti ini, mau sampai kiamat juga tidak akan bersih," bebernya.
Sementara itu, Wakapendam, Letkol Isa Ansori mengaku pihaknya sudah menerjunkan ribuan personel untuk melakukan pembersihan. Tak hanya itu, pihaknya pun telah merogoh kocek untuk membayar warga yang rela membantu tentara membersihkan sungai. Pemrov DKI Jakarta, lanjut dia, telah berjanji untuk membantu pembiayaan operasional. Namun, hingga kini, dana tersebut tak pernah diberikan.
"Kita ada padat karya, warga yang membantu membersihkan kita ongkosi Rp100 ribu, Pemprov katanya kasih, tapi sampai sekarang tidak ada, kita pakai dana operasional," jelasnya tanpa merinci jumlah yang telah dikeluarkan Kodam Jaya selama operasi.
Isa yang turut menusuri sungai hingga di Pintu Air Manggarai. Per hari, lanjut dia, per pasukan yang turun membersihkan Sungai Ciliwung, mampu mengangkat sekira 10 kantong plastik besar sampah. "Ya tidak pernah dihitung sampah yang diangkat, sekali operasi perorang 10 kantong plastik besar, bahkan pernah kita angkat sampai dapat 5 truk sampahnya," ujarnya.
Saat ini, Kodam Jaya juga telah menurunkan lima alat berat untuk menguruk sendimentasi sungai. Ia berharap, target pembersihan yang dicanangkan sampai akhir tahun berbuah hasil dan menciptakan lingkungan yang bersih. "Sudah ada lima alat berat di daerah Kalibata, jadi selain sampah, kita keruk juga penyempitan sungainya," pungkasnya.
(Muhammad Saifullah )