AIR India dengan nomor penerbangan 182 berangkat pada 23 Juni 1985 dari Montreal, Kanada; menuju London, Inggris, untuk selanjutnya mendarat di New Delhi, India. Pesawat Boeing 737-237B ini hancur akibat ledakan bom pada ketinggian 31 ribu kaki di langit Irlandia dan menewaskan 329 penumpang yang dibawa.
Pesawat itu hancur di udara dan jatuh ke Samudera Atlantik hanya 45 menit sebelum mencapai tempat tujuan. Tidak ada peringatan dan tidak ada panggilan darurat yang terdengar.
Saat pesawat menghilang dari pandangan radar, staf di Bandara Heathrow, London, langsung mengerahkan tim penyelamat darurat. Namun, tidak ada korban selamat yang ditemukan dan hanya 131 jenazah yang berhasil diambil dari laut.
Pihak berwenang di Kanada menetapkan kelompok militan Sikh, Babbar Khalsa, sebagai tersangka utama dalam peristiwa tersebut. Diduga tindakan tersebut dilakukan sebagai pembalasan atas operasi militer yang dilakukan Pemerintah India untuk membersihkan militan Sikh yang ada di sekitar Kuil Emas, India.
Pada 2003, seorang warga Kanada keturunan India bernama Inderjit Singh Reyat diseret ke pengadilan dengan tuduhan terlibat pengeboman tersbut. Dia mengaku bersalah dan dihukum selama 15 tahun penjara karena membuat bom yang meledakkan Air India 182.
Meledaknya Air India penerbangan 182 adalah peristiwa pertama pengeboman jumbo jet Boeing 747. Penumpang yang tewas terdiri dari 268 warga negara Kanada, 27 warga Inggris, dan 24 warga India. Peristiwa ini merupakan pembunuhan massal terbesar dalam sejarah Kanada, dan serangan teroris yang melibatkan pesawat udara dengan korban jiwa terbanyak sebelum terjadinya Peristiwa 9/11.
Di saat yang bersamaan terjadi pengeboman di Bandara Narita, Jepang, yang menurut penyelidik memiliki hubungan dengan pengeboman Air India penerbangan 182. Pengeboman itu dicurigai merupakan usaha serupa yang dilakukan militan Sikh, namun bom yang berada di dalam koper tidak berhasil dimuat ke pesawat.
(Hendra Mujiraharja)