“Untuk meyakinkan Pak Dirman kalau Ibu Kota sudah aman dan berada di bawah kekuasaan TNI lagi, diutuslah Pak Harto untuk menghadap dan menyampaikan pesan Presiden, serta membujuk supaya beliau turun ke Yogya,” imbuhnya lagi.
Akhirnya Pangsar Jenderal Soedirman berkenan masuk Ibu Kota setelah merasa sangat yakin bahwa Ibu Kota sudah aman untuk dimasuki, pada 10 Juli 1949. Jenderal Soedirman dijemput Overste Soeharto dan diantar menemui Presiden Soekarno, sebelum menginspeksi barisan TNI di alun-alun Keraton Yogyakarta.
“Baru setelah Pak Harto kembali (menemui Jenderal Soedirman) beberapa waktu kemudian, diinfokan kalau Pangsar berkenan masuk kota. Dijemput sama Pak Harto di pinggir kota (untuk kemudian menemui Soekarno), terus diarak ke lapangan (alun-alun Keraton),” tandas Wahyu.
Sebelum menginspeksi pasukannya di alun-alun, Jenderal Soedirman memang bertemu Soekarno lebih dulu atas imbauan Kolonel Tahi Bonar Simatupang. Sebuah pertemuan yang mengharukan, di mana Jenderal Soedirman dengan mantel lusuhnya, disambut pelukan hangat “Putra Sang Fajar”.(raw)
(Syukri Rahmatullah)