Gambit Ditangkap, Warga Dimbau Tidak Perlu Takut
BANDA ACEH - Polda Aceh meminta masyarakat yang pernah menjadi korban kelompok bersenjata dipimpin Syukriadi alias Gambit (38), untuk melaporkan ke polisi. Karena selama ini ada sebagian warga takut melaporkannya kasusnya jika sudah berhadapan dengan kelompok itu.
"Kami meminta masyarakat yang pernah jadi korban dari Gambit cs segera buat laporan ke polisi, biar kita tindak. Tidak perlu takut lagi sekarang orangnya sudah ditangkap," kata Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Teuku Saladin, kepada Okezone, Kamis (2/7/2015).
Menurutnya, dalam catatan kepolisian ada serangkaian aksi kriminal bersenjata diduga dilakukan Gambit cs, mulai dari teror, perampasan, penculikan, perampokan hingga penculikan. Dia sudah jadi buronan sejak dua tahun lalu.
Gambit diduga juga pernah menyerang fasilitas Partai Aceh empat tahun lalu, dan mengancam mantan petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang sudah bekerja di pemerintahan jika mereka tak memperdulikan nasib rakyat dan mantan GAM yang belum sejahtera seperti mereka.
Kasus terbaru diduga dilakukan Gambit adalah perampasan kunci alat berat yang sedang mengerjakan pengerasan jalan di Paya Gajah, Peurlak, Aceh Timur sehingga proyek itu terhenti.
Saladin menduga masih ada kasus lain dilakukannya, namun ada ketakutan dari korban untuk melapor karena khawatir dengan keselamatannya. Menurutnya laporan masyarakat akan memudahkan polisi menyelidiki dan mengembangan kasus dari penangkapan Gambit, untuk mencari kemungkinan ada tersangka lain yang selama ini bersekongkol dengan Gambit.
"Masih ada kemungkinan ada tersangka lain. Saat ini kita sedang lakukan pengembangan untuk kemungkinan dilakukan penangkapan yang lain," ujarnya.
Seperti diberitakan Syukriadi alias Gambit ditangkap tim gabungan Polda Aceh dan Polres Aceh Timur di rumahnya kawasan Alue Bu, Kecamatan Peurlak Barat. Dari tangannya disita sepucuk pistol SNW serta enam peluru aktif.
Gambit cs disebut-sebut merupakan satu dari tiga kelompok kriminal bersenjata yang selama ini diburu aparat, karena diduga kerap beraksi di Aceh. Dua kelompok lain adalah pimpinan Din Minimi dan kelompok Raja Rimba.
(Risna Nur Rahayu)
