“Masalah terbesar kita adalah soal kemampuan atau skill. Skill rakyat kita terbatas dalam hal teknologi dibanding negara-negara lain,” kata Emrus.
Permasalahan mengenai skill yang ada pada SDM kita, kata dia, sangat terkait dengan pendidikan. “Dua puluh tahun lalu, banyak mahasiswa Malaysia yang belajar di Universitas Indonesia. Tapi kini kenyataannya berbalik, karena kini banyak mahasiswa kita yang belajar di Malaysia,” kata Emrus.
Hal ini ditambah dengan perilaku masyarakat yang serba instan. Misalnya, maraknya fenomena ijazah palsu dll.
Hal senada juga dikemukakan oleh pengamat komunikasi dari Universitas Brawijaya, Anang Sujoko. Menurutnya, meski kita sudah merdeka selama 70 tahun, tapi penjajahan dalam bidang ekonomi justru terjadi. Hal ini terlihat dari banyaknya produk-produk luar negeri yang membanjiri negara Indonesia.
“Produk-produk kita juga belum bisa bersaing dengan produk negara lain, baik dari segi mutu maupun harga,” kata Anang.