LAMANDAU - Sekelompok orang diduga preman memukuli dan mengejar-ngejar kader PDI Perjuangan di Kecamatan Tanjung Lingga, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah, Sabtu (23/1/2016).
Anggota Badan Pengelola Saksi Partai tingkat Nasional (BSPN) bernama Panji, dianiaya sekelompok orang ketika sedang menyiapkan pertemuan antara warga dan anggota DPR RI yang juga mantan Bupati Bantul, Idham Samawi.
Idham berencana melakukan tatap muka dengan warga transmigran yang ada di sana. Sementara Panji adalah petugas BSPN yang sedang melakukan persiapan saksi untuk pilgub yang akan digelar 27 Januari mendatang.
Kejadian bermula dari dihentikannya sebuah kendaraan di kawasan Tanjung Lingga. Panji mengira kendaraan tersebut untuk keperluan acara Idham Samawi. Ternyata kendaraan tersebut membawa logistik berupa baju batik dan lainnya milik tim pendukung pasangan calon lain.
Penumpang mobil lain yang mengikuti kendaraan tersebut langsung mendatangi lalu memukul Panji sambil meneriakkan kata-kata ancaman. Panji dan teman-temannya lalu berusaha menyelamatkan diri dan ketika berhasil masuk ke dalam mobil, sekumpulan orang itu masih memukuli mobil hingga penyok.
Merasa nyawanya terancam, Panji dan teman-temannya lalu berusaha menyelamatkan diri. Deddy Sitorus, Kordinator Gugus Tugas Pemenangan yang diterjunkan DPP PDI Perjuangan menyesalkan insiden tersebut. "Kami berharap agar aparat keamanan segera mengatasi dan mengantisipasi kemungkinan eskalasi konflik serupa di tempat lain," katanya.
Deddy juga menganjurkan agar kasus itu segera diproses sesuai hukum yang berlaku, dan berharap agar kejadian serupa tidak berulang. "Tindakan yang mengancam nyawa orang lain itu adalah kasus pidana yang harus diproses. Diharapkan agar semua pihak mengedepankan akal sehat dan nurani agar pilgub dapat berjalan dengan bermartabat," ujarnya
Deddy menyerukan kepada struktural partai serta pendukung pasangan nomor 2 agar mampu menahan diri dan tidak melalukan balasan. "Kalteng mempunyai sejarah konflik dan kekerasan, oleh karena itu sebaiknya dihindari," tukasnya.
(Risna Nur Rahayu)