KOLOMBO – Setelah sekian lama berseteru dengan kelompok minoritas Tamil sejak 1949, Pemerintah Sri Lanka akhirnya menyanyikan lagu kebangsaan mereka dalam dua bahasa utama.
Seperti diketahui, Ceylon memiliki dua bahasa nasional, yakni bahasa Sinhala dan bahasa Tamil. Pada tahun 2010, Mantan Presiden Mahinda Rajapaksa memutuskan untuk menyanyikan lagu nasional dalam satu bahasa saja. Mulai saat itulah, bahasa Tamil tidak lagi digunakan bahkan terkesan dilarang dinyanyikan pada acara-acara resmi di Sri Lanka.
Namun kini, di bawah pemerintahan Presiden Maithripala Sirisena, hari raya kemerdekaan Sri Lanka dari jajahan Britania Raya, lagu kebangsaan kembali dibawakan dalam dua bahasa tersebut.
Sekelompok penduduk beretnis Sinhala, Tamil dan mahasiswa Muslim terlihat menyanyikan lagu ‘Sri Lanka Matha’ dalam dua versi dengan penuh kebanggan di depan Presiden Sirisena dan pejabat lainnya pada perayaan kemerdekaan di Kolombo.
“Ini hanya aksi kecil, tetapi berdampak besar. Ini adalah kemenangan bagi koeksistensi kami,” kata Menteri Tamil Mano Ganeshan, sebagaimana dikutip dari BBC, Jumat (5/2/2016).
Pemerintah meyakini, dinyanyikannya kembali lagu kebangsaan dengan dua bahasa dapat mendorong proses rekonsiliasi etnis yang lebih baik di negeri berjulukan Permata Samudera Hindia ini.
Meski begitu, tidak semua pihak setuju dengan keputusan Presiden Sirisena. Kelompok garis keras agama Buddha di Sri Lanka sangat marah dan melampiaskannya melalui media sosial. Demikian juga kelompok ultra-nasionalis yang merupakan pendukung terbesar Rajapaksa.
“Ketika seseorang berbicara dalam bahasanya sendiri, ia akan merasa memiliki dan bertanggung jawab. Inilah yang kita butuhkan sebagai orang Sri Lanka,” tambah Menteri Kabinet Sri Lanka Harin Fernando.
Negara yang penduduknya mayoritas beragama Buddha ini dilanda konflik etnis selama 27 tahun sejak 5 Mei 1976. Selisih paham terjadi antara pemerintah dengan kelompok separatis Macan Tamil, yang kala itu dipimpin oleh Velupillai Prabhakaran.
Di dunia internasional sendiri, 32 negara menyatakan kelompok separatis ini sebagai teroris. Pada masa itu, mereka melakukan berbagai penyerangan brutal, mulai dari peledakan dan pembantaian etnis. Semata demi mendirikan negara baru. Anak-anak bahkan direkrut jadi prajurit dan korban tewas mencapai lebih dari 100 ribu orang. Perang baru berakhir pada 18 Mei 2009, ketika Ketua Macan Tamil ditembak mati oleh pemerintah.
(Silviana Dharma)