JAKARTA - Rohaniawan Pendeta Saut Hamonangan Sirait menyerukan negara dan agama harus berada dalam satu jalan. Negara tidak boleh membeda-bedakan agama yang ada di Indonesia, sementara agama tidak terpisahkan dari kewajiban sebagai bagian dari negara.
“Kalau ada yang mengatakan di dalam dunia ada dua jalan, itu salah. Sebab jika ada dua jalan, berarti ada dua sejarah. Satu sejarah siapa? Yang benar adalah sejarah tunggal, sejarah Tuhan,” papar Pendeta Saut dalam diskusi publik dan bedah buku ‘Negara dalam Rancangan Tuhan’ karyanya di Jakarta.
Menurutnya, negara dan agama bukanlah dua hal yang harus saling dipertentangkan. Sebab, jika dipertentangkan akan muncul konflik yang akan saling menghabisi keduanya. Bila ada persoalan, tentunya harus diselesaikan bersama-sama, bukan malah jadi perbedatan.
“Perjalanan negara dengan perjalanan gereja itu ada di dalam perjalanan satu jalan raya tunggal. Di dalam jalan raya yang besar itu ada yang macet, ada yang melanggar aturan, ada yang tidak tahu apa-apa, ada yang licik, ada yang memanfaatkan itu, ya itu realitas. Itulah jalan besar," terang anggota Dewan Kohormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) tersebut.
Mantan Ketua Umum Partisipasi Kristen Indonesia (Parkindo) ini menerangkan, negara dan agama punya fungsi masing-masing dan saling mendukung. Agama menata spritiualitas masyarakat sedangkan negara menata realitas (fisik).