MAKASSAR - Meskipun dipahami berdampak negatif bagi tanah dan kesehatan, penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara berlebihan masih terjadi di kalangan petani, bahkan pemerintah turut mensponsori pupuk kimia dan pestisida lewat subsidi.
Hal itu diutarakan ketua Gerakan Kebangkitan Petani (Gerbang Tani) Sulawesi Selatan (Sulsel), Mujahid Akmal dalam diskusi peringatan Hari Tani tahun 2016 bersama sejumlah petani dan aktivis pertanian, di Cafe bilangan utara kota Makassar, Sabtu (24/9/2016).
Dalam catatan organisasi petani ini, Provinsi Sulawesi Selatan telah menganggarkan pengadaan pestisida dan pupuk kimia sebanyak 250 Miliar lewat APBD untuk tahun 2016.
"Ini sangat berbahaya, racun tersebut dibeli lalu ditumpahkan di tanah-tanah petani. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, akan menjadikan tanah mengeras, hama tanaman akan kebal terhadap pestisida kimia," tegas Akmal.
Untuk itu, lanjut Akmal, para petani harus mengurangi penggunaan pupuk kimia, karena dapat menurunkan kesuburan tanah dalam jangka panjang. Namun hal itu menemui kendala, akibat kurangnya pemberdayaan kepada petani, terkhusus bahaya laten pertanian dengan pestisida.
"Cuma yang menjadi persoalan adalah petani kurang diberdayakan dengan baik, mereka dibiarkan terlarut menggunakan pestisida. Mestinya Pemerintah dapat memberdayakan petani untuk kembali ke pertanian alami, kasihan anak cucu kita makam racun tapi tidak disadari," ungkap Akmal yang juga berprofesi petani di Maros ini.
Akmal menambahkan, jika kebiasaan itulah yang petani mesti ubah, yaitu menggunakan pupuk alami dan herbal bagi pertanian.
"Setiap hari kita mengkonsumsi racun pestisida yang terkandung dalam beras olahan petani, itu karena mereka tidak diberdayakan dengan baik. Di sekeliling petani banyak bahan yang bisa menjadi pupuk organik, tinggal diberdayakan secara maksimal," terang Akmal.
(Awaludin)