Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Keluarga Masinis Kereta Nahas New Jersey Tertekan

Silviana Dharma , Jurnalis-Sabtu, 01 Oktober 2016 |20:02 WIB
Keluarga Masinis Kereta Nahas New Jersey Tertekan
Thomas Gallagher dan istri. (Foto: Facebook)
A
A
A

NEW JERSEY – Masinis kereta nahas New Jersey, Thomas Gallegher (48) telah keluar dari rumah sakit pada Kamis 29 September petang waktu setempat (atau Jumat 30 September pagi WIB). Saat kereta jurusan New York City-New Jersey itu menabrak stasiun Hoboken, kepala lokomotif itu ditemukan dengan kepala yang terluka dan dalam keadaan pingsan.

Kini dia sudah mulai diinterogasi oleh otoritas setempat. Pejabat yang mewawancarainya memastikan tokoh kunci untuk menyelidiki penyebab kecelakaan yang melukai 112 orang tersebut bersikap koperatif.

Dilansir ABC7NY, Sabtu (1/10/2016), insiden tersebut telah menjadi masa-masa yang sulit bagi keluarga Galagher. Meskipun penyebab kecelakaan belum diketahui secara jelas, tetapi banyak orang mempertanyakan apa yang dilakukan si masinis. Apalagi ketika mencuat isu bahwa kecelakaan kereta tersebut ada kaitannya dengan aksi teroris.

Keluarga kecil Galagher tinggal di Morris Plains, New Jersey. Dia hidup bersama istrinya, dua orang anak perempuannya yang sudah beranjak remaja dan ibu mertuanya. Hidup mereka sederhana tetapi bahagia.

Para tetangganya mengenal Galagher dan keluarganya sebagai orang-orang yang baik dan tidak bermasalah. Mereka juga sudah lama tinggal di situ. Bahkan, mereka tahu bahwa masinis adalah cita-cita Thomas sejak kecil. Impian masa kecil itu terwujud, dan dia sudah menggelutinya selama 18 tahun.

“Mereka hanya keluarga biasa. Tetangga yang baik, anak-anak yang ramah. Mereka juga punya kepedulian yang tinggi pada orang-orang di sekitarnya. Benar-benar tragis mendengar kejadian seperti ini menimpa mereka. Ketika media memberitakan ada yang salah dengan kereta yang dikemudi dia (Thomas), saya tidak bisa memercayainya,” kata Tom Jones, salah seorang tetangga masinis tersebut.

Sejumlah saksi mata di lokasi kejadian mengatakan, kereta Pascack Valley 1614 itu datang dengan kecepatan tinggi di atas normal sebelum keluar dari jalurnya dan menghancurkan stasiun. Kecepatan kereta saat itu diketahui mencapai 48 kilometer per jam, padahal menurut prosedur semua kereta harus mengurangi batas kecepatan sampai 16 kilometer per jam ketika mendekati stasiun.

(Silviana Dharma)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement