FARMVILLE – Saling serang dan bela mewarnai hampir seluruh prosesi debat cawapres AS 2016 yang menghadirkan Mike Pence dari Republik dan Tim Kaine dari Demokrat. Seperti yang diprediksi banyak media asing, fokus perdebatan masih akan seputar kontroversi yang bergulir di sekeliling capres masing-masing.
Berdasarkan pantauan Okezone, Rabu (5/10/2016), sering kali isu-isu pribadi Hillary Clinton dan Donald Trump dijadikan senjata untuk meruntuhkan argumen lawan. Padahal, Elaine Quijano sang moderator debat, tidak ada mempertanyakan hal tersebut sama sekali.
Kontroversi e-mail Hillary sewaktu masih menjabat sebagai menteri luar negeri termasuk salah satu andalan Pence untuk menyerang Kaine. Sekali lagi, wapres Trump mempertanyakan kredibilitas mantan ibu negara tersebut dalam menjaga keamanan nasional.
Kaine pun membela, katanya, “Masalah itu sudah jelas. Negara kita punya hukum. Semua e-mail itu sudah diproses secara hukum dan FBI kita membuktikan bahwa surel-surel (pribadi Hillary) itu tidak membahayakan keamanan nasional.”
Sebaliknya, Senator Virginia itu menggunjingkan kebijakan nuklir yang diusulkan Trump-Pence. Dia mengecam pidato Trump yang menyebut akan menarik pasukan AS dari negara sekutu di Asia. Lalu menyuruh Jepang dan Korea Selatan membangun militer dan persenjataan nuklirnya sendiri.
Pernyataan tersebut menurut Kaine terang-terangan menyulut perang nuklir. “Kalau kita biarkan nuklir bebas dikembangkan seperti itu, teroris akan mudah memanfaatkannya. Ini bisa memicu perang nuklir,” sergahnya.
Namun Pence yang tampil gemilang dalam perdebatan ini dengan ketenangannya menuding balik kemampuan Hillary dalam menangani kontroversi nuklir. Dalam argumennya, suami dari Karen Pence tersebut mengungkit kesalahan Hillary yang membawa AS berperang di Irak pada 2011.
“Hillary Clinton memiliki server pribadi di rumahnya yang menyimpan informasi negara yang dirahasiakan. Salah satunya soal serangan kapal nirawak, pesannya sendiri datang dari Presiden AS (Barack Obama). Server pribadinya itu juga yang menjadi sasaran empuk untuk diretas kekuatan asing,” pungkasnya.
Kaine lalu mengungkit pernyataan Trump yang ingin menyingkirkan NATO. Pence meluruskan masalah ini, “Bukan itu yang Trump katakan.”
Sang miliarder AS yang diperdebatkan di sini pun sebelumnya pernah menjelaskan pernyataan kontroversial tersebut. “Saya sebelumnya pernah bilang kalau NATO itu pakta usang, karena mereka gagal menangani terorisme. Tapi berkat komentar saya, mereka jadi mengubah kebijakannya dan sekarang punya divisi baru yang berfokus menanggulangi ancaman teror,” ujar Trump, seperti dikutip dari Fact-Check di CBS News.
(Silviana Dharma)