"Saat umrah pertama dan yang kedelapan enggak enak badan, tapi tetap saya berangkat umrah. Alhamdulillah selesai juga," tutur bapak tujuh anak tersebut.
Dia mengaku harus merogok kocek sebesar 10 sampai 20 riyal tiap kali jalan untuk membayar ongkos taksi menuju lokasi miqot di Tanim, Jiranah atau Hudaibiyah. Nominal ini belum termasuk ongkos menuju Masjidil Haram menggunakan jasa transportasi umum.
Tapi bagi dia, uang sebesar itu tak seberapa demi beribadah dan menunjukkan kepedulian terhadap orang-orang yang pernah mengisi hatinya.
Kini jamaah kloter 8 asal Desa Puhgading, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur itu telah bertolak ke Madinah untuk melaksanakan ibadah Arbain. Selama di Raudhoh, di dekat makam Rasulullah SAW dia berjanji akan terus melangitkan doa-doa untuk orang-orang terkasih.
(Angkasa Yudhistira)