JAKARTA – “Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satu, bangsa Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia,”.
Begitu petikan dari Sumpah Pemuda yang terucap dari para pemuda bangsa pada 28 Oktober 88 tahun yang lampau. Sekiranya, berapa dari kita-kita generasi bangsa saat ini yang fasih menghafalnya?
Berkunjung ke sebuah gedung tua di bilangan Jalan Kramat Raya Nomor 106 Kwitang, Jakarta Pusat, kita baru akan bisa menghayati, bagaimana sekumpulan pemuda dari berbagai daerah, menyatakan “persatuannya” pasca-digelarnya sebuah kongres (Kongres Pemuda II, 27-28 Oktober 1928).
Petikan sumpah itu terpampang dengan skala yang cukup besar di ruangan utama Museum Sumpah Pemuda. Kala memasuki ruangan itu, Okezone mendapati banyak anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) yang tengah asyik duduk bersila atau sesukanya, sambil menatap dinding bertuliskan sumpah itu.
Radja salah satunya. siswa SDN 01 Kwitang ini begitu serius memelototi tulisan dengan ejaan lama itu, sembari menuliskan sesuatu di selembar kertas dengan papan alas. Saat diperhatikan, di atasnya terdapat beragam pertanyaan dan di bawahnya, mereka harus menuliskan sejumlah jawaban.
“Ini tugas dari guru, om,” cetus Radja saat ditanya Okezone, Jumat (28/10/2016). Hal yang sama juga dilakukan teman-temannya, seolah ruangan utama itu seolah ruang “kelas” dadakan.
Saat ditanya lagi, terkait tahukah apa itu Sumpah Pemuda? Radja hanya geleng-geleng kepala, sambil meneruskan menulis di kertasnya.
“Asyik aja bisa belajar di luar kelas, diajak guru-guru ke sini. Sebelumnya pernah ke sini juga, cuma main. Tapi baru sekarang disuruh ngerjain tugas juga,” tambahnya.
Ya, Radja hanya sekian dari sejumlah pelajar yang membanjiri Museum Sumpah Pemuda hari ini. Beberapa pelajar dari sekolah lain, seperti SMK Al Makmur dan SMPN 28 Jakarta, juga nampak asyik menonton layar visual yang menyetel film-film perjuangan pemuda yang ada di beberapa ruangan museum ini.
“Iya, ini kita teman-teman (pemandu) juga sampai kerepotan. Hari ini memang banyak sekali yang datang. Beberapa juga dari masyarakat umum biasa. Tapi kebanyakan pelajar yang guru-gurunya inisiatif mengajak ke sini,” terang pemandu museum Bakti Ari kepada Okezone.
(Randy Wirayudha)