Berbagai pertempuran juga sempat terjadi di Bekasi yang kebanyakan, bentrokan frontalnya meladeni tentara sekutu yang “diwakili” serdadu-serdadu Inggris.
“Di Bekasi, tempurnya kebanyakan sama Inggris secara frontal. Seperti pertempuran di Kranji, pertempuran Sasak Kapuk (Pondok Ungu). Kalau dengan Belanda, perlawanannya sudah gerilya, bukan lagi frontal,” imbuh Beny.
Memang pada akhirnya, lini-lini pertahanan Tentara Keamanan Rakyat (TKR, kini TNI) dan sejumlah laskar di Bekasi hingga Cikarang, akhirnya dijebol Belanda pada Clash I atau Agresi Militer I Belanda pada Juli 1947. Pun begitu, setidaknya sekutu dan Belanda pernah kerepotan meladeni perlawanan para petarung republik di Bekasi.
Makanya di paragraf pertama, penulis mengajak warga asli maupun warga pendatang di Bekasi, untuk bisa berbangga atas sejarah Bekasi. Kalau masih kurang bangga, coba pikirkan kenapa banyak nama-nama wilayah maupun nama jalan di Bekasi yang tergolong “heroik”?
Di Kota Bekasi saja, ada wilayah-wilayah yang namanya Medan Satria, Perwira, Bintara, Jalan Raya Pejuang, Jalan Veteran, dll. Karena memang di setiap daerah itu mesti ada peristiwa bersejarah yang punya makna tersendiri.