Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

"SBY Pakai Bahasa Perasaan, Bukan Bahasa Pikiran"

Puteranegara Batubara , Jurnalis-Sabtu, 11 Februari 2017 |07:31 WIB
A
A
A

JAKARTA - Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Sigit Rochadi menilai, menggunakan medsos bagi pejabat dan mantan pejabat, memang tidak ada masalah. Namun, akan menjadi masalah karena dua hal, isi percakapan dan bahasa yang digunakan.

Hal ini terkait dengan aksi Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) belakangan ini memang agak sensitif, hal itu dapat dilihat dari semakin intensnya dirinya mencurahkan isi hatinya di media sosial (medsos) khususnya di akun Twitter-nya.

"Isi percakapan pak SBY kebanyakan mengenai diri sendiri dan paling luas kepentingan partainya. Sedangkan bahasa yang digunakan merupakan bahasa perasaan, bukan bahasa pikiran atau filosofi. Bahasa perasaan itu terlalu personal dan secara tidak langsung mendikotomi dengan subyek lain. Sedang bahasa pikiran apalagi filosofi, bicara tentang humanisme dan atau moralitas," kata Sigit kepada Okezone di Jakarta, Jumat 10 Februari 2017.

Cuitannya itu dimulai dari maraknya penyebar berita bohong atau hoax. Disusul dengan dugaan penyadapan terhadap dirinya dengan Ketua Umum MUI Ma'aruf Amin sampai terakhir dengan kediamannya yang didemo sekelompok yang mengatasnamakan mahasiswa.

Sigit Rochadi mengungkapkan SBY sedang memainkan perannya sebagai Playing The Victim atau mencitrakan dirinya sebagai korban.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement