Brutus menusuk Caesar tepat di pangkal pahanya. Sebelum menghebuskan napas terakhirnya, Caesar berkata, “Kau juga anakku?”
Marcus Yunius Brutus terkenal dekat dengan Jenderal Julius Caesar. Meski pernah berseberangan dan kalah melawan Caesar, kesalahannya diampuni. Lambat laun dia menjadi anak didik Caesar.
Namun entah apa yang merasukinya, dia mengikuti ajakan saudara iparnya yang juga senator Republik, Gaius Cassius Longinus yang tidak ingin kekuasaan Romawi terus jatuh ke lingkar dalam Caesar. Bahkan sejarah mengenang Brutus sebagai otak pembunuhan sadis terhadap Caesar. Terlepas dari keinginan mereka untuk membawa restorasi dalam tubuh pemerintahan Romawi yang menganut sistem oligarki pada masa itu.
Faktanya, sepeninggal Caesar, Roma larut dalam kemelut perang saudara berkepanjangan. Mark Antony berupaya mewarisi kekosongan kekuasaan tersebut, tetapi mendapat perlawanan keras dari putra angkat Caesar, Octavian (selanjutnya dikenal sebagai Kaisar Augustus).
Antony dan Octavian bertempur selama bertahun-tahun. Sampai akhirnya, dewi fortuna lebih berpihak kepada Octavian. Ia memukul mundur pasukan Antony dalam Pertempuran Philippa di Yunani. Pada 30 SM, Antony yang sempat bersekutu dengan pasukan mantan kekasih Caesar, Cleopatra, memilih bunuh diri. Sementara Octavian naik sebagai Kaisar pertama Romawi yang membawa transformasi besar, mengubah Romawi yang oligarki menjadi autokratis.
(Silviana Dharma)