JINDO – Tiga tahun sudah bangkai kapal feri Sewol tenggelam dalam perjalanan dari Incheon menuju Pulau Jeju, Korea Selatan (Korsel). Musibah tersebut menewaskan 304 orang penumpang yang sebagian besar adalah siswa sekolah menengah yang hendak melakukan karyawisata ke Pulau Jeju.
Selama satu pekan terakhir, bangkai kapal feri Sewol itu diangkat dari dasar laut oleh otoritas Korsel. Tim penyelamat menemukan tubuh salah satu korban tewas yang dinyatakan hilang. Sebagai informasi, sembilan dari 304 korban yang tewas dinyatakan hilang oleh otoritas pada 2014.
Sebagaimana dimuat Belfast Telegraph, Selasa (28/3/2017), jenazah tersebut ditemukan di sekitar perairan tempat bangkai kapal tersebut diangkat. Kapal feri Sewol diangkat dan diangkut dengan kapal lainnya menuju pelabuhan sementara di Jindo.
Tim penyelamat berhasil menemukan 295 jenazah sebelum Pemerintah Korsel secara resmi mengakhiri pencarian bawah laut pada November 2014, tujuh bulan setelah kapal tersebut karam. Sembilan orang korban dinyatakan hilang hingga saat ini.
Para kerabat dari sembilan korban hilang itu ambil bagian dalam peringatan emosional yang dilakukan di atas kapal di pelabuhan Jindo. Pemuka agama Katolik, Kristen, dan Buddha melakukan upacara sederhana sekaligus mengirimkan doa bagi sembilan jenazah lainnya agar segera ditemukan.
Para kerabat melemparkan bunga mawar berwarna kuning sebagai simbol penderitaan mereka ke laut. Mereka turut menyaksikan kru kapal bekerja mengosongkan bangkai feri Sewol dari air dan bahan bakar sebelum dibawa ke Mokpo.
“Kapal itu boleh saja muncul ke permukaan, tetapi tidak sembilan orang yang ada di dalamnya. Jangan lupa ada orang-orang di dalam bangkai kapal yang kotor, berkarat, dan bau itu. Tolong, lakukan yang terbaik dan bawa jenazah mereka pulang,” tutur Lee Geum-hee, seorang ibu yang kehilangan anak gadisnya dalam insiden tersebut.
Setelah kapal feri tersebut sampai di Mokpo, tim penyidik akan membersihkan serta menelitinya selama satu bulan untuk alasan keamanan. Mereka akan menggeledah kapal untuk mencari para korban hilang serta mencari petunjuk penyebab pasti tenggelamnya kapal. Kelebihan kargo, penyimpanan yang kurang baik, dan kelalaian lainnya selama ini dituding sebagai penyebab kecelakaan.
(Wikanto Arungbudoyo)