Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Menilik Tradisi Meugang, Peninggalan Sultan Iskandar Muda yang Awet hingga Kini

Rayful Mudassir , Jurnalis-Jum'at, 26 Mei 2017 |13:26 WIB
  Menilik Tradisi Meugang, Peninggalan Sultan Iskandar Muda yang Awet hingga Kini
Foto: Rayful Mudassir/Okezone
A
A
A

Menurut catatan sejarah, tradisi ini telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, masa Kerajaan Aceh Darussalam. Sultan kala itu membagi-bagikan sejumlah daging, uang hingga kain kepada fakir miskin, duafa dan penyandang disabilitas di waktu meugang.

Pada masa Sultan Iskandar Muda berkuasa era 1607-1636 Masehi, tradisi meugang ini makin membumi. Selain daging dan uang, Sultan juga menyumbang koin emas kepada kaum miskin.

Sebelum meugang, Sultan Iskandar Muda memerintahkan otoritas kerajaan, Qadi Mua`azzam Khazanah Balai Silaturrahmi, mendata fakir, miskin, anak yatim, hingga penyandang disabilitas. Sultan lalu memerintahkan bawahnya untuk menyediakan dirham, kain-kain, kerbau dan sapi.

Selanjutnya pada hari meugang, kerajaan membagikan daging, uang lima koin emas dan kain sepanjang enam hasta pada orang-orang yang sudah didata. Satu hasta dihitung dari ujung tangan hingga siku. Namun pembagian tersebut bukan langsung diberikan kepada masyarakat. Sultan mempercayakannya kepada Keuchik (Kapala Desa).

“Tradisi meugang mulai resmi dilaksanakan masa Sultan Iskandar Muda setelah dikeluarkan maklumat dalam Qanun Meukuta Alam pada 1608 Masehi mengenai meugang,” kata Budayawan Aceh, Tarmizi Abdul Hamid.

Dalam Qanun Meukuta Alam bab 2 pasal 47 pada masa kerajaan dahulu disebutkan, pemberian bekal pada hari meugang dan pertolongan Sultan Aceh karena kecintaan sultan terhadap rakyatnya.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement