Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Menilik Tradisi Meugang, Peninggalan Sultan Iskandar Muda yang Awet hingga Kini

Rayful Mudassir , Jurnalis-Jum'at, 26 Mei 2017 |13:26 WIB
  Menilik Tradisi Meugang, Peninggalan Sultan Iskandar Muda yang Awet hingga Kini
Foto: Rayful Mudassir/Okezone
A
A
A

Konon, nama meugang atau makmeugang diambil dari sebuah kawasan (sebuah gang besar) yang makmur dan menjadi tempat persinggahan para saudagar kaya nan alim dengan kapal-kapal besar di wilayah Peunayong, Bandar Aceh Darussalam tempo dulu.

Para saudagar lalu menjadikan daerah itu untuk menyembelih ternaknya saat menjelang Ramadan. Kemakmuran di kawasan atau gang itu kemudian terdengar hingga seluruh Aceh. Tanpa kesepakatan bersama, tradisi menjelang Ramadan ini diberi nama meugang atau makmeugang.

Di samping menjadi sebuah tradisi, meugang juga memiki makna lain. Selain bersantap masakan khas Aceh, suasana silaturahmi dan berkumpulnya seluruh keluarga dalam menyambut puasa merupakan waktu yang ditunggu-tunggu.

Biasanya bagi perantau, meugang merupakan waktu yag tepat melepas rindu bersama keluarga. Pada hari itu, mereka yang jauh dari keluarga akan pulang kampung sejenak untuk berkumpul baik dengan keluarga besar maupun kecil. Menikmati legitnya daging sapi atau kerbau dan ternak lainnya bersama-sama.

Merupakan sebuah marwah bagi seorang pria membawa pulang daging segar untuk diberikan kepada keluarga dan dimasak dengan rempah khas Aceh kemudian dinikmati bersama.

Menu makanan dalam meugang bukan hanya sapi dan kerbau. Masyarakat yang tidak memiliki kemampuan akan daging ternak berbadan besar, mereka tetap mengupayakan membeli ayam. Bagi sebagian masyarakat, meski tengah dalam kesusahan, daging meugang adalah hal wajib, meski hanya sedikit.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement