Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Diplomat 'Panjang Sabar' ala Dubes Malaysia di Indonesia

Silviana Dharma , Jurnalis-Kamis, 08 Juni 2017 |12:38 WIB
Diplomat 'Panjang Sabar' ala Dubes Malaysia di Indonesia
Dubes Malaysia untuk Indonesia, Datuk Sri Zahrain Mohamed Hashim. (Foto: Dede Kurniawan/Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Memasuki usia 62 tahun, Dubes Malaysia untuk Indonesia Dato’ Seri Zahrain Mohamed Hashim sudah melalui banyak hal dalam kehidupannya. Istilah gaulnya dalam bahasa Indonesia, suami Che Mahani binti Ismail ini sudah banyak makan asam garam kehidupan. Bahkan, ia bisa dikatakan sudah sesepuh.

Tak terbilang luasnya pengalaman ayah empat anak ini. Ia pernah menjadi pebisnis, politikus, pengamat, konsultan perumahan dan perniagaan, kepala pelabuhan, direktur eksekutif, hingga kini menjadi seorang diplomat.

Dato’ Seri mengatakan, semua pengalaman itu amat berharga bagi dia. Meskipun bidangnya boleh dikatakan banyak perbedaan, tetapi semua ilmu terapannya berguna untuk setiap kariernya.

Di antara berjibun profesi yang pernah dilakoni, kakek yang sedang menanti kelahiran cucu kelima ini menilai pekerjaannya menjadi duta besar paling membutuhkan kesabaran.

“Karier saya banyak dan berbeda-beda. Tetapi, bagi saya yang memerlukan cukup banyak kesabaran yaitu ketika menjadi diplomat,” ungkapnya ketika menjadi bintang tamu dalam program Special Dialogue di kantor Okezone, belum lama ini.

Ia menjelaskan, jadi diplomat ternyata harus 'panjang sabar'. Tidak bisa bersikap pongah dan semaunya, karena setiap tindakan akan diawasi. Bukan oleh pemerintah saja, tetapi juga masyarakat di negara asal maupun di negara tempatnya ditugaskan.

“Sebab mata orang melihat tingkah laku kita. Kalau sebagai dubes kita memandang remeh atau kecil orang Indonesia, rakyat di sini akan mengira sikap itu sebagai gambaran negara saya, Malaysia,” terangnya.

Dato’ Seri berterus terang mengatakan kalau menjadi perwakilan negara yang harus serba positif saja sudah menjadi satu ujian kesabaran buatnya. Lalu ujian kedua itu datang pada hari kedua dia menjabat Dubes Malaysia di Indonesia.

Sejumlah massa selama berhari-hari mengepung kantornya di Jakarta. Dia mengaku sudah tak ingat lagi apa yang didemokan pada waktu itu. Tetapi dia tahu isu yang disorakkan banyak, meliputi kasus penangkapan WNI oleh pemerintah Malaysia, kesejahteraan TKI, warisan budaya hingga lagu.

“Pengalaman panjang sabar saya yang terbesar adalah pada hari kedua saya di Jakarta. Massa mendemokan macam-macam di depan kantor kedutaan besar,” tuturnya.

Dia kesal sebenarnya, tetapi mencoba berpikir positif. Bahwa para pengunjuk rasa ini paham tentang Malaysia. Maka dia lakukan pendekatan. Dato’ Seri bersedia menemui para koordinator aksi guna berdialog.

“Setelah saya menerangkan, mereka paham. Memang kita ini meski serumpun, tetapi kan sama-sama negara berdaulat, jadi ada aturan yang harus dihormati. Kita harus adil untuk semua,” sambungnya.

Pertemuan itu berbuah manis. Keterbukaan dan keramahan Dato’ Seri mengubah lawan menjadi kawan. Dia mengungkap, sekarang ini banyak kawannya di Indonesia adalah orang-orang yang pernah mendemo dirinya di depan gerbang Kedutaan Besar Malaysia.

(Silviana Dharma)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement