Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Menlu AS Rex Tillerson Serukan Pembebasan Janda Liu Xiaobo dari Tahanan Rumah di China

Silviana Dharma , Jurnalis-Jum'at, 14 Juli 2017 |21:21 WIB
Menlu AS Rex Tillerson Serukan Pembebasan Janda Liu Xiaobo dari Tahanan Rumah di China
Liu Xia dan Liu Xiaobo. (Foto: Reuters)
A
A
A

WASHINGTON – Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson menyerukan agar China segera membebaskan janda Liu Xiaobo dari statusnya sebagai tahanan rumah. Ia juga meminta kepada otoritas setempat untuk membiarkan Liu Xia keluar dari negara tersebut sesuai keinginannya.

“Saya minta pemerintah China membebaskan Liu Xia dari statusnya sebagai tahanan rumah dan mengizinkan dia meninggalkan negaranya,” kata Tillerson beberapa jam setelah mendengar kabar meninggalnya pemenang Nobel Perdamaian dunia, Liu Xiaobo, seperti disitat dari Voice of America (VOA), Jumat (14/7/2017).

Tak lupa, mantan bos ExxonMobil tersebut juga memuji perjuangan Liu semasa hidup. “Dalam perjuangannya untuk kebebasan, kesetaraan, dan peraturan konstitusional di China, Liu Xiaobo mewujudkan semangat manusia yang layak mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian. Dalam kematiannya, dia menegaskan kembali keterpilihannya oleh Komite Nobel,” terangnya.

Seruan Tillerson kemudian digaungkan oleh Duta Besar AS di China, Terry Branstad. Ia menyebut Liu sebagai advokat pemberani yang mendedikasikan hidupnya untuk memperjuangkan demokrasi dan kebebasan.

“Saya sependapat dengan Menlu Tillerson dan turut berdukacita atas kematian Liu Xiaobo,” ucapnya.

Branstad lebih lanjut menggambarkan kepergian Liu sebagai kehilangan besar bagi China. Bukan karena tahanannya belum menyelesaikan masa hukuman, tetapi Negeri Tirai Bambu, menurut dia, sudah kehilangan seorang teladan bangsa yang berprinsip dan patut dihargai, juga dipuja.

“Untuk itu, kami sekali lagi meminta agar China membebaskan Liu Xia dari tahanan rumah. Izinkan dia dan keluarganya melakukan perjalanan sesuai keinginan mereka,” ungkapnya.

Selagi semua masih merasakan duka mendalam atas wafatnya Liu Xiaobo, Branstad berharap pemerintah Komunis China bisa melepaskan juga semua tahanan hati nurani dan membuka hati untuk menghormati kebebasan manusia yang paling mendasar.

Pemimpin Komite Nobel Perdamaian Norwegia, Berit Reiss-Anderssen percaya pemerintah Negeri Panda kini memikul tanggung jawab yang berat atas kematian Liu Xiaobo.

“Kami merasa sangat terganggu, mengetahui bahwa Liu Xiaobo tidak dipindahkan ke fasilitas perwatan medis yang lebih memadai sebelum sakitnya semakin parah. Pemerintah China bertanggung jawab besar atas kematian yang terlalu dini ini,” ketusnya.

Protes lain datang dari kelompok hak asasi manusia di China. Mereka menuntut pemerintah China diselidiki atas kematian Liu.

“Bahkan saat penyakit Liu Xiaobo memburuk, pemerintah China terus mengisolasi dia dan keluarganya, mengabaikan haknya untuk memilih perawatan medis yang layak,” sergah Direktur Human Rights Watch (HRW) di China, Sophie Richardson.

Kesombongan, kekejaman, dan ketidakpedulian pemerintah China menurutnya, sangat mengejutkan. Namun begitu, dia yakin perjuangan Liu untuk menggelorakan demokrasi dan pengakuan terhadap hak asasi manusia di China akan terus berlanjut.

Liu Xiaobo meninggal dunia pada usia 61 tahun di sebuah rumah sakit di Shenyang, China. Biro peradilan di Shengyang mengumumkan penyebab meninggalnya adalah kegagalan fungsi organ ganda, imbas dari kanker hati yang dideritanya.

(Silviana Dharma)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement