SEBELUM Adolf Hitler menjadi pemimpin Nazi dan mengobarkan Perang Dunia II, ia hanyalah seorang politikus yang membenci pemerintahan demokrasi Jerman. Namun, hal tersebut berubah ketika ia dipenjara dan menulis buku yang kelak menjadi ‘cetak biru’ dalam rencananya agar partai Nazi dapat mendominasi dunia.
Sebagaimana dikutip dari History, Selasa (18/7/2017), pada awal 1920-an, para anggota Partai Nazi dipenuhi oleh warga Jerman yang bersimpati dengan kebencian partai tersebut terhadap pemerintah demokratik, para politikus sayap kiri, serta bangsa Yahudi.
Aksi nekat pertama Partai Nazi terjadi pada November 1923, usai Pemerintah Jerman melanjutkan pembayaran ganti rugi Perang Dunia I kepada Inggris dan Prancis. Pada saat itu, anggota Partai Nazi berusaha mengambil alih kepemerintahan Jerman secara paksa.
Hitler berharap usaha tersebut dapat memicu revolusi yang akan menjadi awal penggulingan Pemerintah Jerman. Namun, harapan itu sirna ketika usaha penggulingan tersebut segera ditekan dengan Hitler yang ditangkap dan dijebloskan ke penjara.
Pada saat dibui itulah, Hitler memulai menulis buku autobiografinya yang dipenuhi kegeramannya terhadap Yahudi serta narasi yang pahit. Buku yang menjadi ‘cetak biru’ terhadap dominasi dunia versi Nazi itu berjudul ‘Mein Kampf’ yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia berarti ‘Perjuangan Saya’.