Saat itu menurut Amir, banyak orang yang memandang Doktor Saiful. Mereka tentu mengira pria yang diajaknya berbicara tersebut adalah gelandangan dari India.
Amir melanjutkan, "Dia sempat menjelaskan kepada saya beberapa hadis dan kisah sahabat dengan penuh ilmu sambil saya membiarkan kereta saya berlalu begitu saja karena saya takut saya tidak memiliki kesempatan emas bersama dengan beliau di masa akan datang.
Dia tidak memandang ke arah perempuan, bahkan jalannya selalu menunduk.Jika siswa yang rajin ke Surau Anggerik, beliau adalah jemaah harian di situ. "Saya tidak pernah naik kendaraan ke surau, bahkan saya ingin selalu berjamaah di sana tapi apa daya Dzuhur dan Ashar memaksa saya berjemaah di surau fakultas," katanya. MasyaAllah, tidak tinggal solat jemaah.
Dia mengatakan masa kerjanya dengan USIM sudah tamat dan akan pulang ke khartoum - Sudan, setelah mengambil bagasi di Port Klang.
Hilangnya seorang alim mutiara ilmu di Universiti Sains Islam Malaysia (USIM)." tulis Amir setelah diartikan ke Bahasa Indonesia," tutupnya.
(Qur'anul Hidayat)