XIAMEN – Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengutuk keras uji coba bom hidrogen serta aksi provokasi Korea Utara. Namun, Putin menegaskan bahwa respons militer terhadap aksi Korea Utara hanya akan memicu bencana tingkat global.
Sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa (5/9/2017) Putin menyatakan hal itu usai berbicara di KTT BRIC yang diadakan di Xiamen, China. Sang Presiden Rusia itu mengklaim, Korea Utara tidak akan menghentikan program uji coba senjatanya hingga mereka merasa aman.
“Rusia mengutuk uji coba Korea Utara, kami memandangnya sebagai tindakan provokasi. (Tapi) meningkatkan histeria militer akan berakhir ke hal yang buruk. Ini dapat memicu bencana global. Tidak ada langkah lain selain jalan yang damai,” tutur Putin.
BACA JUGA: Uji Coba Bom Hidrogen Korut Mengakibatkan Gempa 6,3 SR
BACA JUGA: Bom Hidrogen Baru Korut Dilaporkan Berkekuatan 100 Kiloton
Disinyalir yang dimaksud oleh Putin adalah kesepakatan antara Korea Selatan dan Amerika Serikat terkait dihapusnya batas bobot hulu ledak rudal milik Seoul. Korea Selatan mengklaim bahwa langkah ini akan membantu menjadi respons ancaman Korea Utara pasca-uji coba bom hidrogen.
Rusia dan China yang memiliki perbatasan dengan Korea Utara, tidak henti menganjurkan diadakannya dialog. Moskow juga meminta Amerika Serikat dan Korea Selatan untuk sementara waktu menunda latihan gabungan militernya agar Korea Utara mau menghentikan aksi provokasi mereka.
Dalam perihal meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara, Putin cenderung memandangnya sebagai hal yang tidak produktif. Di saat yang sama, ia juga mengkritisi tindakan Amerika Serikat yang kembali menjatuhkan sanksi terhadap entitas dari Rusia.
BACA JUGA: Ledakan Bom Hidrogen Korut Tak Langsung Bikin IHSG Merana
BACA JUGA: Korut Uji Bom Hidrogen, AS: Kami Tak Ingin Perang, Tapi Kesabaran Ada Batasnya!
“Ini menggelikan untuk menempatkan kami pada daftar sanksi yang sama seperti Korea Utara dan kemudian meminta bantuan kami menjatuhkan sanksi kepada Korea Utara. Ini dilakukan oleh orang-orang yang tertukar antara Australia dengan Austria,” jelas sang Presiden Rusia tersebut.
Reuters mewartakan, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi tersebut agar berbagai negara yang memiliki kerjasama dengan Korea Utara dapat memutuskan hubungannya. Di saat yang sama, Rusia sendiri menolaknya. Pasalnya, pemutusan hubungan akan memaksa Moskow memulangkan puluhan ribu warga Korea Utara yang bekerja di sana serta menghentikan pasokan bahan bakarnya ke Pyongyang.
(Emirald Julio)