Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sungai Brantas Tercemar Limbah, Diare hingga Kanker Meneror Warga

Hari Istiawan , Jurnalis-Rabu, 06 September 2017 |18:35 WIB
Sungai Brantas Tercemar Limbah, Diare hingga Kanker Meneror Warga
Sungai Brantas dipenuhi sampah (Hari/Okezone)
A
A
A

“Dulu cari mudahnya. Apa-apa ya ke sungai, mandi, BAB maupun nyuci. Hampir semua warga memanfaatkan aliran Sungai Brantas, sebelum kondisinya seperti sekarang,” ujar Rofii.

Di Rukun Warga (RW) 12 Kelurahan Kesatrian, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, sendiri terdiri dari 4 Rukun Tetangga (RT), setiap RT terdapat 55 kepala keluarga (KK). Tiga RT di antaranya telah tersedia toilet umum yang dimanfaatkan bersama.

Ketua RW 12, Valentinus mengatakan, RW 12 dulunya dikenal dengan kawasan kumuh. Permukiman yang padat, ditambah berada tepat di bantaran Sungai Brantas. Sejak Agustus 2016 lalu, daerahnya terlihat bersih dan tidak kumuh. Lantaran kampung ini menjadi sasaran program kampung tematik dengan sebutan Kampung Tridi. Tidak jauh dari kampung ini telah berdiri Kampung Warna Warni.

Pria 64 tahun ini tak menampik masih ada warganya yang BAB dan membuang sampah serta limbah domestik langsung ke Sungai Brantas. Meski begitu, ia mengklaim jumlahnya terus berkurang. Perbandingannya, kata dia, lebih dari 80 persen warga Kampung Tridi telah BAB di toilet, baik yang ada di dalam rumah maupun menggunakan toilet umum.

Keberadaan toilet umum efektif mengurangi warga BAB di sungai. Tersedianya tempat sampah, petugas yang rutin mengangkut sampah dari warga juga mengurangi volume sampah yang dibuang ke sungai. Hanya saja, pihaknya belum bisa menertibkan kebiasaan membuang limbah domestik ke sungai.

Ia yakin lambat laun warga semakin sadar. Karena setiap hari ada 500 lebih wisatawan berkunjung ke Kampung Tridi. “Pastinya warga merasa malu, baik untuk BAB di sungai dan buang sampah ke sungai,” ujarnya.

Valentinus berharap pemerintah dapat menyediakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) khusus menampung limbah domestik. Sehingga, air limbah domestik yang dibuang ke sungai lebih dulu melalui proses.

Tanpa IPAL khusus limbah domestik, Valentinus tidak yakin warga kampungnya tidak lagi membuang limbah ke sungai. Selain minimnya ketersediaan lahan, juga didukung dengan kebiasaan lama.

“Sudah dari dulu warga yang berada persis di bantaran Sungai Brantas buang limbah rumah tangga ke sungai,” ungkapnya.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement