MALANG - Akumulasi bahan pencemar di Sungai Brantas, Jawa Timur yang berasal dari limbah domestik dan industri di bagian hilir berdampak pada kesehatan masyarakat. Jumlah penderita penyakit yang disebabkan pencemaran air sungai terlihat menonjol bagi warga yang tinggal di bagian hilir Sungai Brantas.
Beruntung bagi warga yang tinggal di hulu Sungai Brantas karena bisa mengakses air bersih dan layak minum dari sumber mata air. Namun, ada juga yang menggunakan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sebaliknya, warga yang tinggal di bagian hilir Brantas seperti Kota Surabaya dan sekitarnya, mayoritas menggunakan air PDAM untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk kebutuhan air minum.
Meski telah diolah oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan campuran kimia agar sesuai standar, pakar kesehatan Universitas Brawijaya, Lilik Zuhriyah menilai air PDAM tidak layak konsumsi. “Meski sudah direbus,” katanya, medio Agustus 2017.
Sebab, kata Lilik, semakin buruk kualitas air, saat pengolahan membutuhkan perlakuan lebih banyak. “Artinya, campuran dan bahan kimia yang digunakan semakin besar untuk menghasilkan kualitas air sesuai ketentuan,” ujarnya.
Ia khawatir jika masyarakat terlalu sering mengkonsumsi air dari bahan baku yang tidak memenuhi baku mutu ini dapat menjadi pemicu penyakit kanker dan lainnya. Cara mengidentifikasi tidak layak konsumsi kualitas air PDAM tidak sulit. Ia mengatakan pada panci yang digunakan merebus air olahan PDAM menyisakan gumpalan dan kerak yang melekat.
”Saya tidak membayangkan jika air tersebut terus-terusan dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Mungkin secara fisik oke, tapi secara kimia dan biologi bagaimana? Perlu penelitian lebih lanjut,” katanya.
Gambaran masyarakat yang menggunakan air dari PDAM ini seperti yang dilakukan Musringah (64), warga RT 03/RW 12, Kelurahan Kesatrian, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
(Baca laporan awal : Petaka Air Sungai Brantas yang Tak Lagi Bermutu)
Saat berkunjung ke rumahnya, dia sedang sibuk mencuci piring di depan rumahnya. Aktivitas tersebut menjadi pekerjaan rutin sehabis masak. Musringah tinggal memutar kran, air otomatis keluar.