Koordinator IndoWater Cop Riska Darmawanti menyatakan SPH terdeteksi pada media lingkungan (air dan sedimen), bahan pangan(ikan dan kerang/siput), dan manusia (darah, urin, rambut, dan air susu ibu). Kandungan SPH di lingkungan maupun organisme merupakan peringatan dini terhadap kesehatan ekosistem, organisme (individu dan populasi), serta manusia.
Ia mengatakan data terkait dampakpaparan SPH terhadap satwa liar dan manusia masih terbatas. “Di Indonesia mungkin ada tapi dipublikasikan terbatas, atau tidak dilepas ke publik,” kata Riska
Namun munculnya fakta 20 persenpopulasi bader (Barbonymus gonionotus) jantan di Kali Mas mengalami interseksualitasmenunjukkan, “Kandungan SPH di daerah hilir pada tingkatan yang mengkhawatirkan.”
Selain itu Riska menyebutkan, datayang berasal dari laboratorium patologi di Indonesia (1988 – 2007) menunjukkan kanker serviks, payudara, kelenjar getah bening, kulit dan nasofaring adalah jenis kanker yangpaling banyak ditemui.
Grafik rekapitulasi deteksi dini kanker serviks dan Payudara mulai 2007 hingga 2016 bisa dilihat di bawah ini.